Irak Desak Pasukan Militer AS Mundur dari Negaranya

indotim.net (Rabu, 10 Januari 2024) – Irak sedang melakukan upaya untuk mengusir pasukan koalisi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, AS menyatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk menarik pasukan mereka dari Irak.

Pemerintah Irak menekan agar pasukan militer Amerika Serikat segera meninggalkan negaranya. Hal ini diumumkan oleh kantor Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia al-Sudani, pada Jumat (5/1) waktu setempat. Langkah ini diambil sebagai tanggapan atas serangan yang dilakukan oleh militer AS terhadap personel militernya di Irak yang menyebabkan pemimpin milisi di Baghdad tewas.

Kematian pemimpin milisi Irak tersebut telah memicu kemarahan di kalangan kelompok milisi pro-Iran yang menuntut pemerintah Irak untuk menghentikan kehadiran koalisi militer AS di negara tersebut. Sudani menyebut bahwa Irak sedang membahas tanggal dimulainya pengusiran permanen terhadap militer AS.

“Pemerintah sedang menetapkan tanggal dimulainya komite bilateral untuk mengakhiri kehadiran pasukan koalisi internasional di Irak secara permanen,” demikian pernyataan yang dirilis kantor PM Irak.

Seorang pejabat pemerintahan Baghdad mengatakan komite bilateral itu akan mencakup perwakilan koalisi militer. AS menempatkan 900 tentara di Suriah dan 2.500 tentara di Irak dengan alasan misi memberikan saran dan bantuan kepada pasukan lokal untuk mencegah kebangkitan kelompok Islamic State (ISIS).

Pada tahun 2014, ISIS berhasil menguasai sebagian besar wilayah di Suriah dan Irak, sebelum akhirnya mereka berhasil dikalahkan beberapa tahun kemudian. Pada bulan Desember 2017, pemerintah Irak menegaskan kemenangan mereka atas ISIS di wilayah mereka.

Perdana Menteri Irak, Sudani, diketahui memiliki kendali terbatas atas beberapa faksi yang mendapat dukungan dari Iran di Irak. Dukungan dari faksi-faksi pro-Iran tersebut sangat penting bagi Sudani dalam memenangkan pemilu setahun yang lalu, dan saat ini mereka membentuk blok yang kuat dalam koalisi pemerintahannya.

READ  Dirut TransJ: Stiker 'Pemilu Aman' Heru Budi Diklaim Tak Melanggar Aturan

“Kami menekankan posisi tegas kami dalam mengakhiri keberadaan koalisi internasional setelah pembenaran untuk kehadirannya diakhiri,” ucap PM Sudani.

Seorang penasihat politik Sudani menilai PM Irak berada di bawah tekanan besar dari partai-partai Syiah yang dekat dengan Iran. Partai-partai tersebut sedang berupaya mengakhiri kehadiran pasukan militer Amerika Serikat di wilayah Irak.

Masih belum jelas apakah pengumuman yang disampaikan oleh PM Sudani itu semata-mata untuk kepentingan internal dan politik atau apakah komite yang disebutnya benar-benar akan menjalankan proses yang tak terhindarkan untuk mengakhiri kehadiran militer AS di Irak.

Irak telah memberikan tekanan kepada pasukan militer Amerika Serikat untuk segera meninggalkan negaranya. Hal ini terjadi setelah berakhirnya perang melawan kelompok teroris ISIS di Irak. Mereka menegaskan bahwa kehadiran militer asing saat ini tidak lagi diperlukan dan menganggapnya sebagai sebuah ancaman bagi kedaulatan negara.

Keputusan ini diambil setelah pemimpin tertinggi Irak, Ayatollah Ali al-Sistani, mengeluarkan seruan untuk memberantas segala bentuk kekerasan dan intervensi asing dalam negeri mereka. Selain itu, terdapat pula desakan dari rakyat Irak yang telah lama menyuarakan penentangan terhadap keberadaan pasukan asing di negaranya.

Pemerintah Irak telah memberikan ultimatum kepada Amerika Serikat untuk segera menghentikan kegiatan operasional mereka dan mengangkut semua pasukan serta materi militer mereka ke luar dari Irak. Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai tanggapan Amerika Serikat terkait permintaan tersebut.

Selama beberapa tahun, pasukan Amerika Serikat dikerahkan di Irak untuk membantu pemerintah Irak melawan ISIS. Namun, dengan berakhirnya perang melawan ISIS pada tahun 2017, Irak berharap dapat mengambil alih keamanan dan kedaulatan negaranya sendiri.

Pertemuan antara Amerika Serikat dan Irak dijadwalkan akan dilakukan dalam waktu dekat untuk membahas tuntutan tersebut. Namun, banyak pihak yang khawatir bahwa keberadaan pasukan AS di wilayah Timur Tengah dapat memperpanjang ketegangan dan tidak menyelesaikan masalah yang ada.

READ  Marc Marquez: Pedro Acosta Akan Menggebrak di MotoGP

Keputusan mengenai masa depan pasukan Amerika Serikat di Irak akan memiliki dampak yang signifikan baik bagi stabilitas Irak maupun hubungan antara kedua negara tersebut. Tindakan apa yang akan diambil oleh Amerika Serikat dan bagaimana tanggapan pemerintah Irak adalah hal yang patut untuk kita tunggu dan saksikan.

AS Tak Punya Rencana Tarik Pasukan dari Irak

Pemerintah AS menyatakan tidak memiliki rencana untuk menarik pasukan dari Irak. Hal ini dikatakan meskipun pemerintah Irak telah mengumumkan akan memulai proses penarikan pasukan AS setelah militer AS menewaskan seorang komandan milisi Irak yang didukung oleh Iran pekan lalu.

“Saya tidak mengetahui adanya rencana apa pun [untuk menarik diri dari Irak],” kata Sekretaris Pers Departemen Pertahanan AS atau Pentagon Mayjen Pat Ryder pada hari Senin (8/1) waktu setempat.

“Kami tetap fokus pada misi mengalahkan ISIS,” tambah Ryder.

Tekanan agar pasukan AS mundur semakin meningkat setelah kekalahan ISIS diumumkan dalam beberapa tahun terakhir. Seruan semakin meningkat setelah serangan pekan lalu terhadap komandan milisi Irak Mushtaq Jawad Kasim al-Jawari.

Ryder mengatakan tidak ada pemberitahuan apapun kepada Departemen Pertahanan tentang rencana mengusir pasukan AS dari negara tersebut. Para pejabat militer AS telah memberi Baghdad waktu untuk mengendalikan serangan-serangan milisi yang didukung Iran.

Pasukan militer Amerika Serikat (AS) di Irak dan Suriah telah menjadi sasaran lebih dari 120 serangan sejak Oktober 2023. Serangan tersebut terus terjadi menyusul konflik antara Hamas dan Israel serta serangan-balasan Israel di Gaza.

Di tengah situasi yang memanas, Irak telah mendesak pasukan militer Amerika Serikat (AS) untuk segera mengakhiri kehadirannya di negara tersebut. Rakyat Irak merasa frustasi terhadap Washington dan menyatakan sentimen penolakan terhadap kehadiran pasukan AS.

READ  BMKG Jelaskan Fenomena di Rancaekek, Bukan Tornado

Namun, AS telah menghindari pembalasan serangan di Irak atas alasan adanya sentimen negatif yang berasal dari masyarakat Irak. Meskipun begitu, pasukan militer AS tetap menargetkan milisi yang didukung oleh Iran di Irak dan melancarkan serangan beberapa kali, yang mengakibatkan beberapa petempur terbunuh.