Pesan Rais Aam PBNU: Jangan Berdemo dan Melawan Ketika Diabaikan

indotim.net (Minggu, 21 Januari 2024) – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar memberikan pesan kepada masyarakat untuk selalu bersabar. Miftachul mengatakan jangan ada demo dan perlawanan bila dinomorduakan.

Pesan tersebut disampaikan oleh Miftachul Akhyar saat memberikan sambutan dari panggung perayaan hari ulang tahun (harlah) ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (20/1/2024). Acara ini dihadiri oleh Presiden Jokowi serta tokoh-tokoh NU, seperti Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, Khofifah Indar Parawansa, Yenny Wahid, dan Habib Luthfi.

Miftachul awalnya mengutip hadis Rasulullah SAW. Dia menegaskan kepada masyarakat untuk tetap menghormati pemimpin yang telah disepakati.

“Walaupun yang memimpin kalian adalah Abdun Habsyiun (budak Habsyi dari Ethiopia), rambutnya yang ikal bagaikan buah anggur (kismis), kalau itu memang sudah disepakati sebagai pemimpin kalian, berikan (ketaatan)!” kata Miftachul Akhyar.

Miftachul Akhyar melanjutkan penjelasannya tentang sikap rakyat terhadap para pemimpin. Rakyat diharapkan untuk bisa bersabar dan tidak terlibat dalam aksi demonstrasi sebagai bentuk protes.

“Dan apabila kalian mendapatkan situasi yang tidak menyenangkan, mungkin merasa diabaikan, janganlah melawan, jangan mengadakan demonstrasi, tetapi bersabarlah, begitulah kata Rasulullah SAW,” ungkapnya.

Dalam pesannya, Rais Aam PBNU berdoa agar Allah SWT terus memberikan kebaikan kepada rakyat Indonesia dan mempertahankan NKRI. Beliau juga menekankan pentingnya upaya dalam menjaga dan mempertahankan NKRI sebagai ajang dakwah Muslimat NU.

“Alhamdulillah di Indonesia ini, kita tahu sendirilah, mana yang layak untuk dihormati, nomor 1, nomor 2, atau kelas 1, kelas 2, sudah terbukti,” kata Rais Aam PBNU.

Miftachul juga menekankan agar tidak menghina presiden. Untuk informasi lebih lanjut, silakan lanjutkan membaca di halaman berikutnya.

Jangan Hina Presiden

Di dalam sambutannya, Miftachul juga memberikan pesan agar tidak menghina presiden dan wakil presiden. Ia menyebut bahwa menghina pemimpin itu dilarang dalam ajaran Islam.

READ  AS Menggempur Kembali Houthi di Yaman, Gudang Bawah Tanah Sasaran Utama

“Barang siapa yang menghormati para pemimpin di berbagai tingkatan, maka Allah akan menghormatinya. Barang siapa yang merendahkan Presiden dan Wakil Presiden, mereka sebenarnya merendahkan seluruh pimpinan organisasi. Allah akan memberikan balasan,” kata Miftachul.

Pada bagian ini, Miftachul mengutip Surah An-Nur ayat 19 sebagai peringatan bahwa menyebarkan berita yang tidak benar akan berakibat pada azab pedih di dunia dan akhirat bagi pelakunya.

“Orang-orang yang senang, hobinya memviralkan dan menyebarkan berita-berita yang tidak bagus, berita-berita yang mencemarkan nama orang-orang yang beriman kepada Allah, apa kata Allah? Mereka akan mendapatkan siksa dan sanksi di dunia maupun di akhirat. Apa lagi yang kurang? Bukankah mereka akan mendapat siksaan baik di dunia maupun di akhirat?” ujar Rais Aam PBNU.

Miftachul mengatakan bahwa seorang muslim yang baik akan menjaga rahasia saudaranya tanpa perlu mengumbar dan menjelaskannya kepada orang lain. Jika berita bohong dengan mudah menyebar, maka hal itu sangat merugikan.

Menurut Rais Aam PBNU, mereka tidak mendukung menyebarkan berita bohong seperti yang terjadi saat ini. Ia berpendapat bahwa penyebaran berita bohong kemungkinan sudah terjadi karena pengaruh dari kelompok-kelompok yang memiliki aliran keras.

Kesimpulan

Artikel ini mengulas pesan dari Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, kepada masyarakat untuk tetap bersabar dan tidak melakukan demonstrasi serta perlawanan jika merasa diabaikan. Beliau menekankan pentingnya menghormati pemimpin yang telah disepakati. Selain itu, Rais Aam PBNU juga melarang menghina Presiden dan Wakil Presiden serta menyebarkan berita bohong. Pesan ini sebagai ajakan untuk menjaga persatuan dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.