Baku Tembak di Haiti: Tuntutan Mundur PM Ariel Henry

indotim.net (Jumat, 01 Maret 2024) – Insiden baku tembak terjadi di Ibu Kota Haiti, Port-au-Prince, mengejutkan seluruh warga negara. Serangan tersebut dilancarkan oleh kelompok bersenjata yang diduga terlibat dalam upaya penggulingan Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry.

Dikutip dari AFP, peristiwa tersebut terjadi pada hari Kamis (29/2) waktu setempat. Suara tembakan terdengar di seluruh kota ketika aparat berusaha menghentikan penyerang yang menyasar kantor polisi, akademi kepolisian, dan Bandara Internasional Toussaint-Louverture.

Pemimpin geng Jimmy Cherisier, yang akrab disapa Barbecue, mengumumkan bahwa semua kelompok bersenjata bersatu untuk menuntut Perdana Menteri Ariel Henry untuk mundur. Pernyataan tersebut disampaikan melalui video yang dibagikan di media sosial sebelum terjadinya serangan.

Kerusuhan di Haiti terus memuncak dengan tuntutan untuk mundurnya Perdana Menteri Ariel Henry. Baku tembak yang terjadi menambah ketegangan di negara tersebut.

Henry, yang baru saja dilantik pada bulan Juli setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise, menghadapi tekanan dari berbagai pihak. Kelompok-kelompok oposisi dan aktivis menuntut agar Henry segera mundur dari jabatannya.

“Kami akan menggunakan semua strategi untuk mencapai tujuan ini,” kata salah satu sumber yang enggan disebutkan namanya.

“Kami mengakui bertanggung jawab atas semua kejadian di jalanan saat ini,” tambahnya.

Geng-geng bersenjata telah mengambil alih seluruh wilayah negara itu dalam beberapa tahun terakhir, melancarkan kekerasan brutal yang menyebabkan perekonomian dan sistem kesehatan masyarakat Haiti terpuruk.

Pada saat yang sama, negara Karibia tersebut juga dilanda kerusuhan sipil dan politik yang meluas, dengan ribuan orang turun ke jalan dalam beberapa pekan terakhir untuk menuntut Henry mundur setelah dia menolak melakukan hal tersebut sesuai jadwal.

Untuk diketahui, berdasarkan kesepakatan politik yang disepakati setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada tahun 2021, Haiti seharusnya mengadakan pemilu dan Henry menyerahkan kekuasaan kepada pejabat yang baru terpilih pada tanggal 7 Februari tahun ini. Namun, hal tersebut tidak terjadi.

READ  Cerita Inspiratif Casis SIPSS Polri dalam Bencana Gempa dan Pandemi COVID

Serangan-serangan akhirnya terjadi ketika Henry saat ini berada di Kenya, yang akan mengepalai misi multinasional yang mendapat izin dari Dewan Keamanan PBB untuk membantu polisi Haiti merebut kembali kendali negara tersebut.

Terkait situasi ini, sejumlah pihak menuntut agar Ariel Henry mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Haiti. Mereka menilai keberadaannya tidak mampu lagi memberikan solusi yang konkret dan terukur atas konflik yang terjadi.

Gejolak dan Dampaknya

Insiden baku tembak di Haiti telah menimbulkan dampak yang merugikan. Seorang pejabat kepolisian menyebutkan kepada AFP bahwa setidaknya satu petugas polisi mengalami luka dalam pertempuran pada hari Kamis. Akibat dari kerusuhan itu, aktivitas di sekolah, universitas, dan dunia usaha terpaksa dihentikan sementara.

Pada suatu titik, mahasiswa Universitas Negeri Haiti sempat disandera sebelum akhirnya dibebaskan, seperti yang disampaikan oleh seorang dekan kepada AFP. Ia menambahkan bahwa setidaknya satu siswa terluka dalam pertempuran tersebut.

Beberapa maskapai penerbangan membatalkan penerbangan domestik dan internasional setelah pesawat dan terminal bandara diserang.

Gangguan keamanan yang terjadi di Haiti memaksa pihak maskapai untuk mengambil tindakan tegas dalam mengamankan keberangkatan dan kedatangan penumpang.

Kesimpulan

Insiden baku tembak di Haiti yang menyasar kantor polisi, akademi kepolisian, dan Bandara Internasional Toussaint-Louverture, menunjukkan eskalasi ketegangan politik di negara tersebut. Tuntutan mundur Perdana Menteri Ariel Henry yang dilakukan oleh kelompok bersenjata serta aksi-aksi kekerasan yang terjadi telah mengakibatkan dampak merugikan, termasuk korban luka dan gangguan dalam aktivitas pendidikan dan bisnis. Ketidakstabilan politik dan keamanan Haiti semakin memperumit upaya pemulihan dan menuntut solusi yang lebih konkret dari pihak terkait.