Sejarah kota Makkah dan Peradabannya di Jazirah Arab

Ibrahim dan Namruz

Berbicara mengenai sejarah Makkah, tentu tak bisa lepas dari dua sosok yang agung, yakni Ibrahim dan Isma’il alayhimassalam. Lahirlah Ibrahim di Babilonia. Ayahnya bernama Azar sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an. Dia berasal dari suku Babilonia. Suku Babilonia bukan suku Arab. Ibrahim lahir di suatu sore bertepatan dengan waktu dimana Namruz mengaku menjadi tuhan. Dan barang siapa yang mengakui Namruz sebagai tuhan, maka akan dikabulkan semua hajatnya. Maka berbondong-bondonglah masyarakat datang kepadanya.

Pada saat malam harinya, Namruz bermimpi bahwa kerajaannya terbakar. Kemudian dia memanggil penasihat-penasihatnya untuk menafsirkan mimpinya. Semua penasehat tidak mampu menafsirkan mimpinya, kecuali satu orang. Penasehatnya berkata; “malam ini ada seorang anak laki-laki lahir di Babilonia yang akan menghancurkan kerajaanmu”. Namruz mengeluarkan instruksi yang aneh. Dia memerintahkan setiap bayi yang lahir malam itu untuk dibunuh.

Azar salah satu penasehat Namruz, seorang pembuat berhala. Dia tahu kabar ini, kemudian dia menyuruh istrinya untuk membawa Ibrahim bayi ke hutan. Umur Namruz saat itu 30 an. Berjalannya waktu, Namruz selalu mendengungkan bahwa dirinya adalah tuhan. Hal itu berlangsung sampai dia berusia 70 an. Dan pada saat itu umur Ibrahim 40 tahun. Dan dia dinobatkan sebagai seorang nabi.

Sebagaimana para nabi sebelumnya, Ibrahim juga didatangi oleh Jibril untuk diberikan wahyu. Setelah menjadi seorang nabi, Ibrahim mendatangi rumah ibadah orang Babilonia. Sebelum datang ke tempat ibadah, Ibrahim berjalan sambil berbicara pada patung-patung dan melemparinya dengan kerikil. Ibrahim berkata; “kenapa kamu dianggap sebagai tuhan? Lalu tidak ada sahutan, Ibrahim pun mengambil batu dan dilemparkan ke muka patung. Ternyata juga sama, tidak ada sahutan”.

Ibrahim berdakwah kepada kaumnya. Sebelumnya dia juga mendakwahi ayahnya. Termaktub dalam surat al-Anbiya’ ayat 52 – 70. “Ingatlah ketika Ibrahim berkata pada ayahnya dan kaumnya. Inilah yang kami temukan yang disembah ayah-ayah kami. Ketahuilah apa yang kalian dan ayah-ayah kalian lakukan ini sesat. Mereka berkata; apakah kamu datang membawa kebenaran atau kamu datang untuk sekedar mengganggu kami? Ibrahim berkata; tuhan kalian adalah yang menciptakan langit dan bumi, pemiliknya, dan aku termasuk orang yang dapat bersaksi atas itu. Dan, demi Alloh, sungguh, aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian setelah kalian meninggalkannya”.

Sesaat setelah Ibrahim mendapat wahyu dan ada perintah berdakwah, Ibrahim masuk ke dalam sebuah ma’bad menemui ayah dan kaumnya. Kaumnya senantiasa beribadah di ma’bad tersebut. Hanya penjaga ma’bad saja yang diperbolehkan membawa sesajen. Ibrahim naik ke tangga mendekati berhala yang ditinggikan. Tidak pernah ada orang yang berani menaikinya, kecuali penjaga ma’bad. Ibrahim berkata kepada berhala; “wahai kamu yang dianggap tuhan oleh kaum Babilonia, apakah kamu tidak marah? (Ibrahim mengambil makanan sembari melempar sedikit makanan tersebut ke wajah berhala)”.

Tidak ada sahutan. Dia ulangi bertanya hingga tiga kali. Tidak ada sahutan. Ibrahim mengelilingi semua berhala dari sisi kanan hingga sisi kiri dan melemparinya dengan sesajen sembari bertanya; “apakah kamu yang dianggap tuhan oleh masyarakat Babilonia tidak marah?” Tidak ada sahutan. Ibrahim berkata; “ wahai kaumku, lihatlah apa yang kalian sembah? Berhala, kalian susun, kalian bentuk matanya, hidungnya, kalian yang pikul, lalu kenapa kalian meminta pada berhala tersebut? Yang menciptakan kalian adalah Alloh, yang menciptakan langit dan bumi.

Kaumnya pun diam. “Maka Ibrahim menghancurkan berhala-berhala) itu berkeping-keping, kecuali yang terbesar. Agar mereka kembali bertanya padanya. Mereka berkata; “siapakah yang melakukan ini kepada tuhan-tuhan kami? Sungguh, dia termasuk orang yang dzalim. Mereka yang lain berkata; “kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela tuhan-tuhan ini, Namanya Ibrahim. Mereka berkata; “bawalah ia dengan diperlihatkan kepada banyak orang, agar mereka menyaksikan”.

Mereka bertanya; “apakah engkau yang melakukan ini wahai Ibrahim?” Ibrahim menjawab; “sebenarnya berhala besar itu, maka tanyakanlah kepada mereka jika mereka dapat berbicara”. Maka mereka kembali pada kesadaran mereka dan berkata; “sesungguhnya kamulah yang mendzalimi”. Kemudian mereka menundukkan kepala (lalu berkata); “engkau pasti tahu bahwa berhala itu tidak dapat berbicara”.

Ibrahim berkata; “mengapa kamu menyembah selain Alloh, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun, dan tidak pula mendatangkan mudharat padamu?” Celakalah kalian, dan apa yang kalian sembah selain Alloh, tidakkah kalian mengerti? Mereka berkata; bakarlah ia, dan bantulah tuhan-tuhan kamu jika kamu benar-benar hendak berbuat. Kami (Alloh) berfirman; wahai api! Jadilah dingin dan penyelamat bagi Ibrahin. Dan mereka hendak berbuat jahat kepada Ibrahim , maka kami jadikan mereka oang-orang yang paling rugi”.

READ  Sejarah Kabah dan Awal Kemusyrikan di Makkah

Maka pada saat itu kaumnya meninggalkan ma’bad. Mereka tidak mau mendengar seruan Ibrahim. Ibrahim pun berkata, aku akan mengadakan tipu daya pada tuhan-tuhan kalian. Ibrahim pun mencari kampak. Dipenggal dan dipotong-potonglah tuhan-tuhan mereka pada malam hari. Ibrahim memotong tangan kaki berhala-berhala tersebut dan Ibrahim letakkan di paha berhala paling besar, berhala Namruz. Hal itu tidak diketahui oleh siapapun melainkan seorang saja, yakni penjaga ma’bad. Penjaga ma’bad tidak bisa berbuat apapun karena rasa takutnya akan kuwalat karena mendekat ke berhala.

Pagi harinya kaumnya mendatangi ma’bad. Mereka kaget, semua berhala hancur, kecuali berhala Namruz. Mereka saling bertanya siapa yang berani melakukan hal ini kepada tuhan-tuhan mereka. Sang penjaga ma’bad berkata; “tadi malam anak muda itu, Ibrahim yang menghancurkan semuanya, kecuali yang paling besar”. Mereka pun mendatangkan Ibrahim dan bertanya; “apakah kamu yang melakukan semua ini wahai Ibrahim?” Ibrahim berkata. “Kenapa bertanya padaku? Tanyailah tuhan-tuhan kalian sendiri, berhala yang paling besar itulah yang memegang kampak!” salah satu dari mereka berkata; “sepertinya kita yang mendhalimi diri kita sendiri”.

Mereka pun menundukkan kepala mereka, menyadari kesalahan mereka. Ibrahim pun menyeru, bahwa tuhan yang pantas disembah ialah tuhan Alloh, Tuhan pencipta langit dan bumi, Tuhan kita semua. Pada saat itu terdapat salah seorang yang ingin melaporkan perbuatan Ibrahim kepada Namruz.

Esok harinya, Ibrahim menemui Namruz. Namruz memiliki sebuah tradisi. Selesai mandi rapi, ia duduk dan ada sebuah tirai di depannya. Dan ketika diangkat tirai itu, para pengikutnya bersujud menyembah Namruz seraya mengagungkannya, “wahai tuhan Namruz, tuhan kami yang agung”. Ibrahim datang di tempat Namruz tepat ketika para pengikutnya sedang bersujud.

Dan Namruz pun heran, ada seorang yang enggan bersujud kepadanya. 40 tahun Namruz disujudi oleh orang-orang, namun kali ini ada seorang pemuda yang membangkang. Namruz berkata; “siapakah kamu wahai anak muda, kenapa kamu enggan bersujud kepadaku, akulah tuhanmu?” Ibrahim pun menjawab; “wahai Namruz! (panggilan ini tidak lazim bagi Namruz, karena pengikutnya memanggilnya dengan kata tuhan atau raja di depan kata Namruz). Bagaimana bisa kamu mengaku sebagai tuhan? Kamu seperti aku, seperti manusia pada umumnya. Punya dua mata, dua telinga, lahir dari bayi kemudian besar lalu mati. Yang menghidupkan dan mematikan adalah Alloh. “Baiklah Ibrahim, aku juga bisa menghidupkan dan mematikan”; kata Namruz.

Namruz pun menyuruh prajuritnya untuk menangkap 2 orang yang sedang berjalan di depan istananya. Ia membiarkan salah seorang untuk pergi, dan salah seorangnya dibunuh, saat itu juga. Inilah yang dimaksud oleh Namruz dengan dapat menghidupkan dan mematikan.

Ibrahim berkata, wahai Namruz; “tuhanku, tuhanmu, tuhan kita semua Alloh, adalah yang salah satunya menerbitkan matahari dari timur dan tenggelam di barat. Jika kamu benar-benar tuhan, apakah kamu dapat merubahnya dari barat ke timur?” Namruz pun diam, tidak bisa lagi membantah. Namruz pun menangkap dan memenjarakan Ibrahim. Namruz memikirkan sebuah cara untuk membunuh Ibrahim dengan cara yang menyakitkan.

Ibrahim pun disiksa dengan cara dibakar hidup-hidup. Namruz menyuruh pengawalnya untuk menyiapkan kayu bakar yang sangat banyak, sangat tinggi. Ibrahim ditempatkan ditenggah-tengah kayu tersebut. Dibakarlah Ibrahim. Dalam sebuah riwayat dikatakan, karena saking panasnya api yang membakar Ibrahim, jika ada seekor burung yang terbang di atas asap api tersebut maka akan terpanggang burung itu. Api itu setinggi istana Namruz, 40 siku ke langit, kurang lebih 17 hingga 20 meter.

Ibrahim pun dibakar dan didiamkan berada dalam api unggun selama 3 hari. Teryata api yang membakar Ibrahim tidak mampu membakarnya. Alloh menyelamatkan Ibrahim. Api menjadi sejuk bagi Ibrahim. Seketika kaumnya bingung, bagaimana bisa Ibrahim tidak terbakar sedikitpun. Namruz pun bingung dan meninggalkannya. Munculah anggapan di antara kaumnya bahwa tuhan Ibrahim lebih hebat dari pada tuhan Namruz. Sudah menjadi sebuah keputusan Alloh, biasanya orang-orang kafir selalu diberi kesempatan secara maksimal oleh Alloh setelah itu Dia batalkan dengan sesuatu yang kecil.

READ  Masuknya Agama Yahudi dan Nasrani ke Jazirah Arab

Esok harinya Alloh datangkan seekor lalat pada Namruz. Lalat selalu menghinggapi lubang hidung Namruz sampai ia kelelahan. Setiap Namruz teriak marah, lalat pu pergi. Namun itu tidak lama, lalat itupun kembali menghampirinya. Karena lelah, Namruz duduk di singgasananya. Ia terkantuk dan terlelap tidur. Lalat pun masuk melalui lubang hidungnya, kemudian pergi ke bagian otaknya.

Namruz pun memukuli kepalanya sambil berteriak-teriak. Selama 3 hari lalat singgah di dalam otak Namruz, selama itulah Namruz tidak makan, tidak minum, tidak buang hajat, tidak pula tidur, dan akhirnya pun Namruz mati. Saat mati, ditemukanlah seekor lalat keluar melalui lubang hidungnya. Beginilah akhir kisah seseorang yang selama 40 tahun hidupnya selalu disujudi oleh pengikutnya, mati mengenaskan karena seekor lalat.

Setelah itu, Alloh selamatkan Ibrahim, meninggalkan Babilonia dan diikuti oleh Lut. Lut adalah keponakan Ibahim. Lut beriman kepada Alloh, dan orang pertama yang beriman kepada Ibrahim atas kerasulannya. Dan Lut kelak akan diutus menjadi seorang nabi. Alloh menyuruh Ibrahim pergi ke negeri yang diberkahi. Ibrahim meninggalkan Babilonia dalam keadaan sudah menikah dengan Sarah. Sarah belum memiliki anak. Saat Ibrahim berada di negeri yang diberkahi (Palestina, sekarang) terbesit niat dalam hatinya ingin pergi ke Mesir.

Di sana ada seorang raja yang zalim. Raja ini suka mengambil istri orang lain. Dia ambil istri orang dan membunuh suaminya. Dia beranggapan, jika ada wanita bersuami maka pasti ada kelebihan dalam diri wanita itu. Ibrahim dan istrinya Sarah masuk ke Mesir. Sebelumnya Ibrahim berpesan kepada Sarah, ketika ada yang bertanya tentang status mereka maka katakan bahwa mereka bersaudara.

Setelah masuk Mesir, karena raja terpikat dengan kecantikan Sarah, maka raja bertanya status Sarah. Dan Sarah mengatakan bahwa Ibrahim adalah saudarnya (saudara dalam agama / ukhuwah). Sarah pun dibawa oleh sang raja, dan Ibrahim ditangkap. Dengan hawa nafsu yang membuncah, raja ingin menjamah Sarah. Seketika Sarah berdoa kepada Alloh meminta pertolongan. Sang raja pun terdiam salah satu tangannya. Kemudian raja meminta Sarah untuk membebaskannya. Sarah pun berdoa, dan raja pun selamat.

Tetapi nafsunya masih membuncah, raja pun hendak menjamah lagi. Sarah berdoa lagi, dan terjadi lagi, 2 tangan sang raja kaku tak bergerak. Sang raja meminta dibebaskan lagi. Sarah berdoa lagi. Dan raja selamat. Masih ada nafsu, raja pun ingin menjamah lagi. Sarah berdoa, dan Alloh kabulkan. Semua anggota tubuh sang raja kaku tak bergerak kecuali muka saja.

Sang raja meminta untuk dibebaskan dan berjanji akan membiarkan Sarah pergi. Sarah pun berdoa. Raja pun selamat. Raja pun membiarkan Sarah pergi karena menganggap Sarah bukan manusia. Karena saking takutnya sang raja akan doa Sarah, maka raja menghadiahi Sarah seorang hamba sahaya, (ada beberapa riwayat yang mengatakan dia adalah anak sang raja itu sendiri, tapi yang paling masyhur adalah hamba sahaya). Usia hamba sahaya itu separuh umur Sarah, kisaran 15 an, masih sangat muda.

Saat itu Ibrahim berusia sekitar 70 tahun dan Sarah 60 tahun. Mereka belum memiliki anak. Ibrahim seorang nabi, ia ingin sekali memiliki seorang anak. Maka Sarah menghadiahkan hamba sahayanya kepada suaminya Ibrahim. Hamba sahaya itu dimerdekakan, dan dinikahkan dengan Ibrahim. Budak itu bernama Hajar. Usia Hajar saat itu 30 tahun. Selang satu tahun menikah dengan Ibrahim, lahirlah seorang anak. Diberi nama anak itu Ismail.

Berjalannya waktu, terbesit keinginan yang sangat besar memiliki keturunan dari Ibrahim, karena Hajar telah melahirkan anak Ibrahim. Sarah pun berdoa meminta kepada Alloh. Alloh terima doa Sarah. Setelah itu, keluarga Ibrahim didatangi dua malaikat membawa dua berita penting. Kabar gembira bahwa nanti Sarah akan hamil dan nantinya anak itu akan menjadi seorang nabi. Kabar kedua adalah malaikat itu akan membinasakan kaum Lut, kaum Sadam dan Gomorah, wilayah Yordania sekarang.

Lalu selanjutnya, Ibrahim diperintahkan oleh Alloh untuk membawa pergi Hajar dan Ismail keluar Palestin. Menuju suatu lembah yang Ibrahim pun tidak mengetahui di mana tempat itu. Menaiki seekor unta. Butuh waktu berbulan-bulan lamanya perjalanan. Sepanjang perjalanan, tak ada sepatah kata pun yang ditanyakan Hajar kepada suaminya tentang mau ke mana tujuan mereka.

Seperti inilah, adab, ketaatan seorang istri kepada suami, seharusnya. Sesampainya di suatu lembah, Alloh perintahkan Ibrahim untuk meninggalkan Hajar. Suatu lembah yang tidak ada manusia, tidak ada hewan, tidak ada pohon, bahkan pohon kering pun tak dapat hidup. Suatu lembah yang tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Sesaat sebelum Ibrahim pergi, Hajar bertanya; “akankah wahai suamiku Ibrahim engkau letakkan aku di tempat ini? Apakah ini perintah Alloh? Ibrahim pun menjawab sembari mengalir air matanya; iya benar, ini semua adalah perintah Alloh”.

READ  Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Asal mula air Zam zam

Pergilah Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail. Hanya menyisakan sekendi kecil air. Langkah kaki Ibrahim pun semakin menjauh dan tak terlihat. Hajar dan Ismail bayi berada di lembah gersang nan sunyi. Habislah bekal mereka. Di sinilah Alloh uji mereka dengan kelaparan. Ke manakah Hajar akan mencari air. Apakah akan ke dua bukit besar yang mengapit lembah itu.

Gunung as-Suwaida’ dan Gunung Abi Qubais. Sulit baginya untuk menjangkau karena terlalu besar. Hajar pun melihat bukit di dekatnya, bukit Shofa dan Marwa. Berlarilah kecil dia ke bukit Shofa, ternyata nihil. Dari kejauhan ada genangan air di bukit Marwa, dia pun berlari kecil menujunya. Ternyata fatamorgana, nihil. Hal itu terjadi berulang hingga tujuh kali.

Karena keikhlasan Hajar taat kepada suaminya, taat kepada Alloh, maka Alloh berikan balasan yang luar biasa. Langkah kecil Hajar Alloh abadikan menjadi hukum syariat ketika umrah atau haji, mulai sejak zaman Ibrahim a.s. hingga umat Nabi Muhammad saw.

Hajar pun mengambil ikhtiar untuk kembali kepada Ismail. Sesampainya di tempat Ismail, Hajar mendapati di dekatnya tergenang mata air. Ada 3 riwayat yang menjelaskan asal muasal air tersebut, 2 di antaranya didha’ifkan. Riwayat pertama mengatakan bahwa asal muasal air tersebut berasal dari hentakan kaki Ismail di saat menangis. Riwayat ini dha’if.

Riwayat kedua mengatakan bahwa sumber air berasal dari pijakan unta Ibrahim, riwayat ini juga didha’ifkan. Riwayat ketiga mengatakan bahwa Jibril datang dan mengepakkan sayapnya di tempat itu, dan riwayat ini yang shahih. Melihat ada genangan air, Hajar pun membuat bendungan dengan tanah disekitarnya sambil bergumam dengan bahasa Qibtinya. Dia mengucapkan kata zam zam yang berarti berkumpullah.

zam zam ditemukan kembali
umroh.com

Di belahan bumi yang lain, ada sebuah bendungan yang sangat luas, di Yaman. Sa’dul Ma’rib, bendungan Ma’rib. Adanya bendungan Ma’rib membuat daerah sekitar subur, makmur dan melimpah. Banyak tanaman buah-buahan tumbuh di sana. Pada suatu hari , bendungan Ma’rib hancur. Dan, tanaman-tanaman yang tadinya tumbuh subur perlahan mati. Hanya menyisakan pohon sidr (bidara) dan cemara. Pohon yang tidak berbuah dan memiliki banyak duri. Keluarlah suku-suku Arab yang ada di Yaman, dan ini adalah pertama kalinya suku-suku Arab keluar.

Berawal dari inilah, ahli sejarah kemudian membuat sebuah klasifikasi tentang orang Arab. Arab asli dan Arab musta’ribah (ter-Arab-kan). Orang yang menikah dengan orang Arab dan menggunakan bahasa Arab sehari-harinya, maka ini disebut arab musta’ribah. Suku pertama yang keluar dari Yaman adalah suku Jurhum. Suku ini memiliki populasi yang besar. Tujuan utama suku Jurhum adalah negeri Syam. Negeri Syam ada di wilayah utara. Negeri yang subur.

Dengan hikmah Alloh, pada hari yang sama pula dengan Hajar membendung zam zam, suku Jurhum melewati lembah Makkah. Dari kejauhan mereka melihat burung terbang berputar-putar di langit. Pimpinan suku Jurhum mengutus utusan untuk melihat ada apa di bawah burung itu terbang. Sebuah fenomena alam, jika ada burung terbang berputar-putar di atas awan itu menandakan adanya genangan air yang banyak di bawahnya.

Utusan suku Jurhum melihat Hajar yang sedang duduk di dekat mata air zam zam. Suku Jurhum memiliki adab dan sopan santun. Mereka tahu, di mana ada air, maka pasti ada kehidupan di situ. Suku Jurhum pun sepakat akan menetap di sekitar mata air. Mereka meminta izin kepada Hajar dan bersedia membagi hasil pertanian dan peternakan sebagai kompensasi. Belum sempat matahari terbenam pada waktu itu, lembah yang gersang tadi menjadi sebuah pemukiman. Dari tempat inilah kelak akan menjadi pusat peribadahan dari seluruh dunia. Dari tempat ini pula kelak akan lahir manusia paling mulia, paling sempurna akhlaqnya, seorang nabi yang menjadi penutup para nabi. Kota ini bernama Makkah.