Ramai Gerakan Tolak Jadi Dosen, Pakar Unair Soroti Gaji Rendah dan Rekrutmen Dosen di Indonesia

indotim.net (Kamis, 07 Maret 2024) – Maraknya tagar #JanganJadiDosen belakangan ini mencuat di media sosial. Isu gaji dosen yang kecil dan tidak sebanding dengan beban kerja yang tinggi menjadi perbincangan hangat.

Terkait permasalahan ini, Gitadi Tegas Supramudyo, pakar Kebijakan Publik dari Universitas Airlangga (Unair), menyoroti besarnya dampak gaji yang minim terhadap keputusan dosen untuk mencari pekerjaan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini berimbas pada menurunnya kualitas pengajaran.

Lulusan Terbaik Pilih Profesi dengan Gaji Lebih Baik

Gitadi menjelaskan, masalah kesenjangan dalam kebijakan gaji dosen merupakan akibat kebijakan negara atas keuangan dan pendidikan yang belum optimal. Buntutnya, lulusan terbaik di perguruan tinggi tidak mau menjadi dosen.

“Saya pikir ini berkaitan dengan kebijakan negara terutama dalam bidang pendidikan. Di sisi lain, juga ada tekanan ekonomi. Dahulu, mahasiswa terbaik seringkali memilih untuk menjadi dosen, tetapi sekarang mereka lebih memilih untuk bekerja di sektor lain yang menawarkan tunjangan atau gaji yang lebih baik,” ungkap seorang Dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair, seperti yang dilansir dari situs kampus pada Rabu (6/3/2024).

Kualitas Dosen Terdampak

Sistem pendidikan yang dinamis menurutnya juga memicu masalah ini. Di samping itu, perubahan orientasi lulusan sarjana dan diploma juga berpengaruh terhadap kualitas serta kebijakan profesi dosen.

“Dulu itu pembagiannya: yang orientasi pekerjaan itu diploma, kalau pengembangan ilmu (itu) sarjana sampai doktor. Dan ini sekarang sudah berubah, semua kaitannya dengan pekerjaan. Perubahan ini secara langsung maupun tidak berdampak pada profesi dosen,” kata Gitadi.

READ  Baku Tembak Polisi dengan Geng Commando Vermelho di Brazil, 7 Nyawa Melayang

Sementara itu, Ketua LBH Pers ruu.id Mohamad Isnur menegaskan bahwa proses rekrutmen dosen yang tidak transparan dapat mengakibatkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin merosot. “Mau jadi dosen saja susah, tapi nanti jadi dosen kualitasnya gimana? Apalagi kalau semakin ke bawah itu,” ujarnya.

“Di Indonesia ini kebutuhan fisik masih menjadi yang utama. Memang menjadi dosen itu pilihan, tapi dalam praktiknya orang Indonesia bisa dari sumber lain karena untuk memenuhi kebutuhan,” imbuhnya.

Hal ini juga disoroti oleh Dr. Suko Widodo, pakar Kebijakan Pendidikan dari Universitas Airlangga (Unair). Dosen Unair itu mengungkapkan bahwa banyak lulusan yang tidak mengambil jalur dosen karena faktor gaji yang kurang menarik.

Penurunan Kompetensi Dosen

Ahli dari Universitas Airlangga (Unair) mencermati dampak gaji kecil dan rekrutmen dosen rendah di Indonesia. Menurutnya, kebijakan saat ini berpotensi mengakibatkan penurunan minat generasi muda untuk menjadi dosen. Selain itu, kualitas dosen juga dapat tergerus karena kurang diminatinya profesi ini.

Gitadi menyatakan pentingnya pemerintah menetapkan standar kebijakan upah dosen yang lebih optimal guna mengatasi kesenjangan signifikan pada kebijakan upah dosen di Indonesia saat ini. Menurut Gitadi, kebijakan yang berlaku saat ini telah menyebabkan penurunan tingkat kompetensi dosen.

Pakar dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si., Ak., membuka wacana terkait isu penurunan tingkat kompetisi menjadi dosen. Menurutnya, penurunan ini terjadi akibat kebijakan yang saat ini tengah berjalan.

“Saya rasa perlu ada standar kebijakan. Kita perlu kembali ke grand design pendidikan Indonesia yang belakangan ini terus berubah,” kata Gunadi.

Solusi Masalah Dosen RI

Ia menjelaskan grand design awal pendidikan Indonesia, yaitu Pemerintah RI akan memberikan standar yang lebih jelas terkait rekrutmen dan penetapan gaji dosen melalui klasterisasi. Kembali ke grand design, menurutnya perlu dilakukan Pemerintah lewat kementerian terkait.

READ  Jurus Bank BUMN Pacu Revolusi Digital bagi Pelaku UMKM

“Yang terpenting bagi saya adalah terkait dengan kebijakan negara mengenai kualitas pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah perlu kembali kepada grand design pendidikan kita dan memberikan penghargaan kepada mereka yang terpanggil menjadi dosen,” tegasnya.

Kesimpulan

Maraknya gerakan tolak menjadi dosen di Indonesia disoroti oleh pakar dari Universitas Airlangga (Unair) terkait gaji rendah dan rekrutmen dosen yang kurang transparan. Dampaknya terlihat pada penurunan kualitas pengajaran dan minat lulusan terbaik untuk memilih profesi dosen. Menyoroti pentingnya standar kebijakan upah dosen yang lebih optimal, para pakar menekankan perlunya perubahan dalam sistem rekrutmen dan kebijakan gaji dosen untuk mencegah penurunan kompetensi dosen di Indonesia.