Jeritan Hati Pedagang Wisata Tanaman Hias Gresik: Kisah Sepi Pembeli yang Membekas

indotim.net (Selasa, 14 November 2023) – Kejayaan yang pernah dialami oleh pedagang Wisata Tanaman Hias Gresik di Dusun Pendem, Desa Banyuurip, Kecamatan Kedamean saat banyak orang bekerja dari rumah akibat pandemi, kini berubah menjadi sepi pembeli. Pedagang tanaman harus berjuang keras agar tetap bisa bertahan.

Ahmad (42), salah satu pemilik stan tanaman hias, mengungkapkan bahwa pada pertengahan tahun 2020, tokonya memiliki banyak pembeli tanaman hias. Bahkan dalam sehari, ia bisa melayani lebih dari 20 orang yang membeli tanaman hias dari tokonya. Dalam seminggu, pendapatannya bisa mencapai Rp 4 juta.

“Dulu waktu pandemi, dalam sehari bisa mendapatkan uang sekitar Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta. Biasanya saya mengisi stok seminggu sekali. Dengan begitu, keuntungan bersih yang didapat bisa mencapai Rp 4 juta sampai 5 juta,” kata Ahmad pada Sabtu (23/7/2022).

“Dulu waktu pandemi, dalam sehari bisa mendapatkan uang sekitar Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta. Biasanya saya mengisi stok seminggu sekali. Dengan begitu, keuntungan bersih yang didapat bisa mencapai Rp 4 juta sampai 5 juta,” kata Ahmad pada Sabtu (23/7/2022).

Ahmad mengungkapkan bahwa dalam enam bulan terakhir ini, toko miliknya sepi pengunjung. Bahkan, terkadang tidak ada satu pun pengendara yang singgah dalam sehari, bahkan hanya untuk berkeliling-keliling. Terkadang, dalam seminggu, hanya ada 1 hingga 4 pelanggan lama atau baru yang datang ke tokonya.

“Hanya ada tiga orang yang datang dalam seminggu ini. Dua orang membeli, dan satu orang hanya melihat-lihat saja. Tapi saya tetap bersyukur,” ujar Ahmad.

Hanya ada tiga orang yang datang dalam seminggu ini. Dua orang membeli, dan satu orang hanya melihat-lihat saja. Tapi saya tetap bersyukur,” ujar Ahmad.

READ  6 Tanaman Hias yang Menenangkan untuk Mengatasi Stres

Senada, Kholis pemilik stan lainnya juga mengalami hal yang sama. Terlebih, stan miliknya tak seperti milik Ahmad yang berada di dekat jalan raya.

“Punya dia (Ahmad) di pinggir jalan taya aja sepi, apalagi saya. Dari jalan raya aja nggak kelihatan,” kata Kholis.

Tak hanya itu, para pedagang terpaksa menurunkan harga dari jutaan rupiah menjadi ratusan ribu. Sedangkan tanaman yang dulunya berharga ratusan ribu ditawarkan dengan harga puluhan ribu. Itu pun masih tak laku.

“Tanaman ini Monstera, dulu kalau bedar gini bisa sampai 2 juta. Sekarang, palingan 500 ribuan. Milano ini aja dulu Rp 450 ribu, sekarang saya jual Rp 75 ribu masih ditawar Rp 40 sampai Rp 50 ribu,” kata Kholis.

“Mungkin saat pandemi orang banyak di rumah jadi tanam-tanam, sekarang kan sudah agak normal ya mas. Jadi peminat tanaman menurun, tapi saya tetap bersyukur jika pandemi sudah nggak ada,” tutur Kholis yang diamini Ahmad.

Kesimpulan

Jeritan hati pedagang Wisata Tanaman Hias Gresik di Dusun Pendem, Desa Banyuurip, Kecamatan Kedamean terdengar jelas dalam kisah sepinya pembeli yang membekas. Kejayaan yang pernah dirasakan saat masa pandemi, di mana banyak orang bekerja dari rumah, berubah menjadi kelesuan dan keputusasaan untuk bertahan hidup. Pedagang tanaman hias seperti Ahmad dan Kholis merasakan penurunan drastis dalam jumlah pembeli yang sempat membeli tanaman mereka. Toko yang dulu ramai dengan minat pembeli kini hanya mendapatkan beberapa pelanggan dalam satu minggu. Harga tanaman yang dulunya bernilai jutaan rupiah turun menjadi ratusan ribu, bahkan belasan ribu, namun tetap saja sulit terjual. Meskipun mereka tetap bersyukur jika pandemi berakhir, namun situasi yang sulit ini melahirkan kekhawatiran akan kelangsungan hidup usaha mereka di masa yang akan datang.

READ  Rapor Pendidikan: Meningkatkan Literasi dan Numerasi dengan Kurikulum Merdeka