Haedar Nashir: Perbedaan Awal Puasa dan Lebaran Jangan Jadi Kontroversi

indotim.net (Sabtu, 20 Januari 2024) – PP Muhammadiyah telah menetapkan bahwa awal Ramadan akan jatuh pada tanggal 11 Maret 2024 dan Idul Fitri akan jatuh pada tanggal 10 April 2024. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, berharap pengumuman penetapan ini tidak akan menimbulkan polemik di masyarakat.

Haedar menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers pembacaan Maklumat Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H pada Sabtu (20/1/2024). Pada awalnya, ia menegaskan bahwa penerbitan maklumat ini adalah hal yang wajar dilakukan setiap tahunnya dengan menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

“Penegasan ini perlu disampaikan agar tidak lagi menjadi diskusi apalagi polemik tentang sejauh mana Muhammadiyah telah mendahului dalam menjalankan ibadah puasa dan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Kami ingin menjelaskan bahwa tidak ada perlombaan atau persaingan antara Muhammadiyah dan NU dalam hal ini,” ujar Haedar Nashir.

Haedar meyakini bahwa perbedaan dalam penetapan hari awal puasa dan awal lebaran antara pemerintah dan kelompok masyarakat merupakan hal yang sering terjadi. Namun, ia berharap masyarakat bisa bersikap toleran dalam menyikapi perbedaan tersebut.

“Maka baik kesamaan dan perbedaan menjadikan harus sudah menjadikan kaum muslim terbiasa toleran, tasamuh,” ucap Haedar Nashir.

Di sisi lain, Haedar menyampaikan bahwa PP Muhammadiyah terbuka terhadap solusi menyeragamkan hari melalui penyusunan kalender global internasional. Meski begitu, ia menyadari untuk membuat kalender tersebut memerlukan waktu yang cukup panjang.

“Untuk mewujudkan satu kalender Islam global, diperlukan waktu agar kita memiliki satu kalender global yang serupa dengan kalender miladiyah. Dengan demikian, tidak akan ada lagi perbedaan penentuan waktu dan tidak akan ada lagi perselisihan dalam menentukannya,” ungkap Haedar Nashir, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

READ  Polisi Berhasil Menangkap Pengedar Jaringan Bonpis di Jakarta Utara dengan Modus Sistem Tempel yang Tercanggih

Terakhir, Haedar Nashir berpesan agar kita memaknai ibadah puasa Ramadan serta Idul Fitri sebagai peluang untuk memperkaya spiritualitas kita. Beliau meminta supaya tidak terjadi saling serang-menyerang antar umat karena perbedaan waktu memulai ibadah.

“Jadi kalau berbeda tidak perlu ribut apalagi saling menghujat menyalahkan yang membuat nilai ibadahnya jadi berkurang. Jadi kita jalani semua jadikan ibadah kita memperkaya spiritualitas, memperkaya relasi hubungan sosial yang damai, toleran, bersatu dalam keragaman dan tidak kalah pentingnya membawa umat dan bangsa kita makin berkemajuan,” imbuh Haedar Nashir dalam wawancara eksklusif dengan kami.

Kesimpulan

Perbedaan awal puasa dan lebaran antara PP Muhammadiyah dan kelompok masyarakat lainnya tidak seharusnya menjadi kontroversi. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, mengharapkan agar pengumuman penetapan ini tidak menimbulkan polemik di masyarakat. Ia menegaskan bahwa penerbitan maklumat ini adalah hal yang wajar dilakukan setiap tahunnya menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal. Haedar juga mengingatkan agar masyarakat bersikap toleran dalam menghadapi perbedaan tersebut. Terlebih lagi, PP Muhammadiyah terbuka terhadap solusi menyusun kalender global internasional untuk menyeragamkan hari. Dalam menjalani ibadah puasa dan merayakan Idul Fitri, Haedar Nashir mendorong umat muslim tidak saling serang-menyerang atau menghujat antar umat karena perbedaan waktu memulai ibadah tersebut.