Menelusuri Perjuangan Muslim di Jepang untuk Memperoleh Lahan Pemakaman

indotim.net (Senin, 15 Januari 2024) – Komunitas Muslim di Jepang merupakan minoritas, dengan jumlah sekitar 200.000 orang di antara lebih dari 120 juta penduduk.

Sebanyak 99% penduduk Jepang, yang menganut Buddha dan Shinto, mengkremasi jenazah mereka. Kremasi adalah praktik yang terlarang dalam Islam dan umat Muslim biasanya mengubur jenazah dalam waktu paling lama 24 jam setelah meninggal dunia.

Sejumlah keluarga Muslim terpaksa bepergian membawa jenazah hingga ratusan kilometer demi dapat menggelar pemakaman sesuai dengan aturan Islam.

“Bahkan sekadar membayangkan kalau saya harus mengkremasi seseorang yang dekat dengan saya pun membuat saya tidak bisa tidur,” kata Tahir Abbas Khan, yang tiba di Jepang pada 2001 untuk meraih gelar PhD.

Dosen asal Pakistan tersebut telah menjadi warga negara Jepang dan kini berperan aktif di komunitas yang dia dirikan, yakni Asosiasi Muslim Beppu.

Perjuangan panjang

Dr Khan tidak begitu khawatir tentang nasib jasadnya di masa depan, namun dia merasa sedih melihat penderitaan yang dialami oleh orang lain.

“Ritual pemakaman adalah hal terakhir yang dapat kita lakukan untuk seseorang. Jika saya gagal memberikan pemakaman yang layak kepada kerabat atau teman saya, saya tidak bisa melanjutkan hidup seperti biasa,” kata seorang narasumber.

Masjid pertama di Prefektur Oita di Kepulauan Kyushu bagian selatan telah didirikan sejak tahun 2009. Namun, hingga saat ini masih terdapat kendala dalam proses perencanaan lahan pemakaman untuk hampir 2.000 orang dari komunitas Muslim.

Mohammed Iqbal Khan datang ke Jepang dari Pakistan pada tahun 2004 bersama istrinya. Dia membangun bisnis ekspor mobil di sekitar Tokyo, lalu pindah ke Kota Fukuoka.

Ketika istrinya meninggal saat melahirkan pada tahun 2009, tidak ada lahan pemakaman untuk Muslim di daerah ini.

“Kami membawa jenazahnya dalam peti kecil dan menaruhnya di mobil, lalu kami melakukan perjalanan ke Yamanashi yang memiliki jarak lebih dari 1.000 kilometer,”

kata Iqbal saat mengingat peristiwa yang sangat traumatis baginya.

“Empat orang teman ikut bersama saya. Kami bergantian menyetir di sepanjang perjalanan.”

Lahan pemakaman Yamanashi di wilayah Jepang tengah dimanfaatkan oleh penganut Islam dan Kristen, serta kelompok agama minoritas lainnya di Jepang yang jumlahnya hanya sekitar 1% dari populasi.

“Saya ingin bersama istri saya di tengah kejadian yang traumatis itu, tapi itu tidak mungkin,” kata Iqbal.

READ  Anies dan Cak Imin Bersatu Setelah Debat Keempat Pemilihan Presiden 2024 Berakhir

“Situasinya sulit.”

Perencanaan terhenti

Asosiasi Dr Khan membeli tanah di sebelah pemakaman Kristen di Beppu. Orang-orang yang memiliki tanah di sekitarnya tidak protes, namun masyarakat terdekat yang berjarak tiga kilometer mengajukan keberatan.

“Mereka mengatakan bahwa memakamkan jenazah akan mengkontaminasi air tanah, begitu juga air danau yang digunakan untuk irigasi,” kata Dr Khan.

Tidak ada perkembangan situasi dalam tujuh tahun, sehingga memaksa komunitas ini untuk mencari alternatif-alternatif lain.

Dokter Khan mengungkapkan bahwa banyak imigran Muslim di Jepang yang menghadapi kendala dalam mencari tempat pemakaman untuk jenazah keluarga mereka. Akibatnya, beberapa di antara mereka memutuskan untuk memindahkan jenazah ke negara asal. Selain itu, orang-orang yang sedang mengalami stadium akhir kanker juga memilih untuk menghabiskan hari-hari terakhir mereka di negara asal.

Meski begitu, proses pemindahan jenazah ke negara asal memiliki persyaratan yang sangat rinci dan berpotensi menghambat proses pemakaman.

Muslim di Jepang

Perjalanan panjang para Muslim di Jepang belum berakhir. Selain menghadapi tantangan sehari-hari, para Muslim juga menghadapi kesulitan dalam mencari lahan pemakaman yang sesuai dengan kepercayaan dan kebutuhan mereka.

Penganut Muslim yang tinggal di Jepang tengah menghadapi tantangan besar dalam mencari lahan pemakaman sesuai dengan kepercayaan dan agama mereka. Saat ini, mereka telah merelakan sebuah area yang seharusnya menjadi potensi pemakaman, karena mereka tidak berhasil mendapatkan persetujuan dari masyarakat sekitar.

Tidak mendapat persetujuan ini membuat mereka harus mencari lahan pemakaman alternatif yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Meskipun menemukan lokasi yang cocok tidaklah mudah, mereka tetap bertekad untuk menjaga martabat dan penghormatan terhadap jenazah sesuai dengan keyakinan agama mereka.

Menghadapi tantangan ini, para penganut Muslim di Jepang menjalani perjuangan yang luar biasa. Mereka menghadapi berbagai hambatan, termasuk peraturan dan kebiasaan masyarakat setempat yang berbeda dengan tradisi pemakaman di Islam.

Ini bukanlah suatu pilihan bagi Ryoko Sato, orang Jepang asli yang memeluk agama Islam dan tinggal di Pulau Kyushu.

“Sebagian orang mengatakan, kembali saja ke negara asalmu jika kamu tidak mengikuti aturan di Jepang. Sementara yang lainnya menyarankan untuk membawa jasad ke negara-negara tetangga yang mengizinkan pemakaman,” kata Sato.

“Suami saya telah tinggal di Jepang selama lebih dari separuh hidupnya. Dia memiliki kewarganegaraan Jepang sejak lama dan dia telah membayar pajak sama seperti orang-orang Jepang asli.”

“Keturunannya masih hidup di Jepang, jadi di mana badannya semestinya dikubur setelah meninggal?”

READ  Hasil IBL 2024: Pelita Jaya dan Tangerang Hawks Sabet Kemenangan Gemilang

Sato menjelaskan bahwa penolakan terhadap pemakaman umat Muslim di Jepang dikarenakan adanya “prasangka kultural”.

Beberapa orang mungkin berpikir bahwa pemakaman adalah sesuatu yang menakutkan atau berlebihan, tetapi sebenarnya hanya beberapa generasi sebelumnya, pemakaman adalah hal yang umum di Jepang,” kata Sato.

Muslim di Jepang RYOKO SATORyoko Sato (berjilbab merah) ingin dimakamkan secara Islam

Dalam perjalanannya di Jepang, dia telah menghadiri banyak prosesi kremasi dan merenungkan tentang masa depannya. Bagi seorang muslim, mencari lahan pemakaman menjadi prioritas jika suatu hari nanti dia meninggal dunia.

“Jika keinginan untuk dimakamkan dianggap sebagai sesuatu yang egois, setidaknya biarkan saya menjadi egois terhadap jasad saya sendiri.”

Dalam perjalanan hidupnya di Jepang, umat Muslim sering menghadapi penantian panjang dalam mencari lahan pemakaman yang sesuai dengan ajaran dan keyakinan mereka. Bagi mereka, penting untuk dapat dimakamkan dengan layak dan sesuai dengan ketentuan agama yang dianut.

Tetapi Shinji Kojima, yang merupakan seorang lektor kepala sosiologi di Universitas Asia Pasifik Ritsumeikan, menyatakan bahwa alasan yang mendasari perjuangan Muslim mencari lahan pemakaman di Jepang lebih kompleks daripada yang terlihat.

Sebagai penasehat untuk Asosiasi Muslim Beppu, dia telah melakukan penelitian menyeluruh mengenai isu ini.

“Faktor yang menentukan bukanlah apakah Anda seorang Muslim atau bukan, tapi lebih kepada bagaimana proses politik di masyarakat setempat dan memiliki koneksi yang tepat untuk menentukan hasilnya,” kata Dr Kojima kepada BBC.

“Banyak pengembang dan orang Jepang non-Muslim pada umumnya sejarahnya menentang hal ini. Mereka memiliki perasaan bahwa ‘itu bukan urusan saya’,” tutur Kojima.

Solusi yang Memungkinkan

Menurut Dr. Khan, terdapat 13 pemakaman Muslim di Jepang, termasuk yang baru-baru ini dibangun di Hiroshima, yang dapat dijangkau dalam waktu perjalanan sekitar tiga jam.

Di tempat itu, Iqbal bertemu dengan orang-orang lain yang sedang berduka.

“Hiroshima memiliki fasilitas yang sangat kami butuhkan. Di sini, kami memiliki akses air yang memadai untuk membersihkan diri, dan masyarakat sekitar juga menyediakan makanan halal untuk kami,” kata dia.

Dr Khan telah memohon kepada para anggota parlemen, kementerian terkait, dan pemerintah setempat untuk menyelesaikan masalah ini.

Kini, pemerintah setempat telah mengalokasikan 79 petak makam bagi komunitas Muslim di Beppu. Keputusan ini memberikan harapan baru bagi mereka.

Muslim di JepangMuslim di Beppu dapat memakamkan jenazah mereka di pemakaman Kristen, tetapi ruang yang tersedia semakin berkurang.

READ  Wahana Luar Angkasa Jepang Mendarat di Bulan dengan Misinya yang Mendebarkan

“Ini bukan cuma masalah agama, ini adalah hak asasi manusia,” kata Khan.

“Kami tidak meminta apa pun secara gratis. Kami dengan senang hati membayarnya, tetapi tantangan utamanya adalah mendapatkan izin untuk perencanaan.”

Dalam upaya mencari lahan pemakaman yang sesuai dengan keyakinan agama mereka, komunitas Muslim di Jepang menghadapi tantangan yang signifikan. Masalah ini tidak hanya melibatkan Muslim, tetapi juga komunitas penganut agama lain yang jumlahnya lebih sedikit seperti Yahudi dan imigran Kristen dari Brasil.

“Solusi terbaiknya adalah memiliki satu area pemakaman yang dapat digunakan oleh berbagai agama di setiap prefektur di Jepang.”

Nampaknya, pemerintah pusat tidak akan ikut campur dalam perjuangan ini. Mereka justru membiarkan pemerintah daerah mengatasi masalah ini sendiri.

Tetapi Dr Khan tidak menyerah.

“Kami tidak akan mengkremasi mayat. Itu tidak akan kami lakukan. Kami akan melakukan apa pun untuk menguburkan orang yang meninggal.”

Saksikan Live DetikPagi:

Lihat juga Video: Ajaib! Nenek di Jepang Selamat Setelah 124 Jam Tertimbun Reruntuhan Gempa

Perjuangan umat Islam di Jepang untuk mencari lahan pemakaman semakin meningkat. Mereka harus membawa jenazah lebih dari 1.000 kilometer karena sulitnya menemukan tempat yang sesuai dengan keyakinan agama mereka.

Situasi ini menjadi dilema serius bagi Muslim yang tinggal di Jepang. Meskipun jumlahnya tidak banyak, mereka tetap ingin memastikan bahwa jenazah anggota keluarga atau saudara mereka diberikan pemakaman yang layak.

Terdapat beberapa masjid di Jepang yang memiliki area pemakaman, namun ukurannya terbatas dan sering kali sudah penuh. Akibatnya, umat Muslim harus mencari alternatif lain untuk memakamkan jenazah mereka.

Mengingat pentingnya proses pemakaman dalam agama Islam, umat Muslim di Jepang telah melakukan upaya maksimal untuk menemukan solusi. Mereka berkolaborasi dengan pemerintah setempat, mencurahkan waktu dan tenaga untuk mencari lahan pemakaman yang memenuhi syarat.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada solusi pasti. Banyaknya regulasi dan keterbatasan lahan membuat perjuangan umat Muslim semakin sulit. Meski begitu, mereka tetap berkomitmen untuk terus mencari jalan keluar.

Perjuangan umat Muslim di Jepang adalah cermin dari tantangan yang dihadapi oleh minoritas agama dalam menjalankan keyakinan mereka di negara yang berbeda. Meskipun menghadapi tantangan besar, mereka tetap teguh dan berharap bisa menemukan tempat pemakaman yang layak bagi anggota keluarga mereka yang telah meninggal dunia.