indotim.net (Sabtu, 13 Januari 2024) – Kelompok Houthi di Yaman melakukan serangan balasan dengan meluncurkan rudal balistik anti-kapal ke Laut Merah pada hari Jumat (12/1) waktu setempat. Aksi ini dilakukan sebagai respons terhadap serangan yang dilancarkan oleh Amerika Serikat dan Inggris kepada Yaman, yang bertujuan untuk menghantam kelompok pemberontak yang didukung oleh Iran.
“Kami tahu bahwa mereka telah menembakkan setidaknya satu rudal sebagai pembalasan, namun rudal tersebut tidak mengenai satu kapal pun,” kata Direktur Staf Gabungan Amerika Serikat, Letnan Jenderal Douglas Sims kepada wartawan, seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (13/1/2024).
“Retorika mereka cukup kuat dan cukup tinggi. Saya perkirakan mereka akan mencoba melakukan semacam pembalasan,” ujar narasumber yang tidak disebutkan namanya tentang gerakan Houthi.
Ketegangan terus memanas di Yaman setelah serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Inggris. Sebagai bentuk balasan, kelompok Houthi meluncurkan rudal balistik sebagai respons terhadap serangan tersebut.
Selain itu, Sims juga mengungkapkan bahwa pemerintah sedang melakukan penilaian terhadap kerusakan yang terjadi akibat serangan tersebut. Hingga saat ini, penilaian masih berlangsung dan fokus pada hampir 30 lokasi yang menjadi sasaran utama. Tidak hanya itu, dilaporkan bahwa lebih dari 150 amunisi digunakan dalam serangan tersebut.
Di tengah penilaian kerusakan yang sedang dilakukan, Sims menekankan bahwa jumlah korban diperkirakan tidak akan banyak. Namun, tetap dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan situasi secara keseluruhan.
“Setiap target yang kami serang tadi malam terkait dengan kapabilitas yang digunakan untuk melawan kebebasan navigasi di Laut Merah,” kata seorang juru bicara dari kelompok Houthi.
Kelompok Houthi telah melancarkan serangan drone dan rudal dalam jumlah besar terhadap rute pelayaran internasional utama melalui Laut Merah sejak terjadinya perang di Gaza. Houthi mengklaim bahwa serangan ini sebagai respons terhadap serangan militer Israel di Gaza.
Kelompok pemberontak ini telah menguasai sebagian besar wilayah Yaman sejak terjadinya perang saudara di negara tersebut pada tahun 2014. Houthi merupakan bagian dari apa yang disebut “poros perlawanan”, yang mendapatkan dukungan dari Iran dalam melawan Israel.
Pemerintah AS dan Inggris baru saja melancarkan serangan militer terhadap target terkait Houthi di Yaman. Serangan ini melibatkan pesawat tempur, kapal perang, dan kapal selam yang menargetkan lebih dari selusin lokasi pada Kamis (11/1) malam. Tindakan tersebut merupakan balasan atas serangkaian serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang melintas di Laut Merah.
Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa serangan yang dilancarkan oleh militer Washington bersama sekutunya, Inggris, terhadap target Houthi di Yaman memiliki sifat “defensif”. Biden juga memperingatkan adanya tindakan lebih lanjut jika Houthi terus menyerang kapal-kapal di Laut Merah.
Menteri Pertahanan (Menhan) Lloyd Austin yang masih dirawat di rumah sakit karena kanker prostat, menyebut serangan AS dan Inggris bertujuan untuk “mengganggu dan melemahkan” kemampuan Houthi dalam menargetkan jalur pelayaran internasional.
Kesimpulan
Kelompok Houthi di Yaman melakukan serangan balasan dengan meluncurkan rudal balistik anti-kapal ke Laut Merah sebagai respons terhadap serangan Amerika Serikat dan Inggris. Meskipun rudal tersebut tidak mengenai kapal manapun, ketegangan terus memanas di Yaman. Pemerintah sedang melakukan penilaian terhadap kerusakan yang terjadi akibat serangan, namun diperkirakan jumlah korban tidak akan banyak. Selain itu, serangan Houthi terhadap rute pelayaran internasional utama melalui Laut Merah telah meningkat sejak perang di Gaza, dengan klaim bahwa ini adalah respons terhadap serangan militer Israel di Gaza. Kelompok Houthi telah menguasai sebagian besar wilayah Yaman sejak perang saudara pada tahun 2014 dan mendapatkan dukungan dari Iran dalam melawan Israel. Serangan AS dan Inggris bertujuan untuk menghambat kemampuan Houthi dalam menargetkan jalur pelayaran internasional, dengan klaim bahwa serangan tersebut bersifat defensif.