Capres Diajak Titip Agenda Pangan dan Gizi Baik untuk Rakyat

indotim.net (Selasa, 16 Januari 2024) – “Menjadi bangsa maju cukup pangan dan gizi baik,” istilah itu diungkapkan pemikir masalah pangan dan perdesaan (alm) Prof. Sajogyo pada awal 1990-an. Beliau juga sosok di balik gagasan pemenuhan gizi untuk balita di perdesaan pada era 1980-an. Gagasan “cukup pangan dan gizi baik” terdengar sederhana, tetapi jika dicermati adalah inti pembangunan yang kita butuhkan sekarang.

Bagaimana tidak, masalah stunting sampai tahun ini masih menjadi krisis—setidaknya satu dari lima anak di bawah dua tahun mengalami kurang gizi kronis. Belum lagi rawan pangan di berbagai daerah—sementara kita belum memiliki “sistem pangan” nasional yang bisa menjamin agenda kemandirian pangan nasional terwujud.

Fokus yang harus menjadi perhatian untuk mengatasi masalah pokok pembangunan bangsa mestinya fokus pada kelompok “yang termiskin” dari masyarakat miskin. Petani paling gurem dari petani berlahan luas. Keluarga berpendapatan paling rendah, anak-anak paling kekurangan nutrisi. Penganggur paling minim skil dan perempuan. Teori Sajogyo tentang batas garis kemiskinan memiliki gagasan inti untuk mengatasi problem kemiskinan pada kelompok masyarakat paling miskin tersebut diukur dari acuan spesifik “nilai ambang kecukupan pangan” (food threshold) dan tingkat pengeluaran rumah tangga.

Jika mengandaikan rumus pembangunan yang berfokus pada tujuan pemenuhan pangan-gizi baik dan pengentasan kemiskinan kelompok paling miskin, sebenarnya selaras dengan rumus prinsipil SDGs: no one leave behind—tidak boleh ada satu orang pun (miskin) tertinggal di belakang proyek pertumbuhan untuk mencapai kemajuan baik ekonomi mau pun sosial dan politik. Sayangnya orientasi dan target pertumbuhan menjadi acuan utama dengan pada saat sama mengabaikan lompatan pendapatan warga miskin. Tanpa lompatan signifikan pendapatan kelompok termiskin (Gross National Income), mereka akan tertinggal dan tidak akan bisa mengakses hasil-hasil kemajuan. Yang terjadi bukan hanya ketimpangan tetapi penderitaan bagi kelompok paling menderita dalam pembangunan. Tanpa kecukupan pangan dan gizi baik rakyat, andaian menjadi negara berpendapatan tinggi (high income country) sejatinya hanya ilusi. Pembangunan nasional kita pun masih belum beranjak dari nalar “pembangunanisme”.

READ  Debat Cawapres Tidak Menghasilkan Solusi Masalah Agraria dan Ekologis, Menurut Walhi

Partai Pangan dan Gizi, sebuah organisasi non-profit yang bergerak dalam advokasi gizi dan kesehatan, telah menyerahkan agenda pangan dan gizi baik rakyat kepada calon presiden pada acara yang diselenggarakan di Hotel Grand Indonesia, Jakarta pada hari Rabu.

Agenda yang disusun oleh pakar gizi dan ahli kesehatan ini bertujuan untuk mempromosikan kesadaran akan pentingnya pemenuhan gizi dan ketersediaan makanan yang sehat bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam agenda ini, terdapat beberapa tuntutan yang diharapkan dapat diwujudkan oleh calon presiden terpilih nantinya. Tuntutan penting dalam agenda ini antara lain adalah:

  • Pengembangan kebijakan pangan dan gizi yang berkelanjutan dan berkeadilan.
  • Peningkatan aksesibilitas dan ketersediaan makanan bergizi bagi rakyat, terutama yang berasal dari kelompok masyarakat yang rentan.
  • Pengawasan dan peningkatan kualitas produk makanan serta keamanannya.

Selain itu, Partai Pangan dan Gizi juga menyampaikan harapannya agar calon presiden nantinya dapat mendukung program-program kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran gizi masyarakat, serta memperkuat kerjasama antar-sektor dalam mencapai tujuan agenda pangan dan gizi baik.

Acara penyerahan agenda ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai pihak terkait, termasuk pakar gizi, masyarakat sipil, serta perwakilan dari partai politik. Dalam pidatonya, perwakilan dari Partai Pangan dan Gizi menyampaikan harapan besar agar agenda ini dapat menjadi perhatian utama bagi calon presiden, serta menjadi komitmen untuk meningkatkan kualitas pangan dan gizi di Indonesia.

Sebagai media yang peduli terhadap isu pangan dan gizi baik, kami ingin menyampaikan agenda ini kepada calon presiden. Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, penting bagi calon presiden untuk memperhatikan dan mengambil tindakan yang konkret terkait dengan masalah ini.

READ  Jaga Ketahanan Pangan dengan Dana Siaga Bapanas, Kemenkeu Bicara

Indonesia sebagai negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah seharusnya dapat mencukupi kebutuhan pangan dan gizi bagi seluruh rakyatnya. Namun, kenyataannya masih terdapat banyak masyarakat yang mengalami masalah kekurangan gizi, keberlanjutan pangan, dan kerentanan terhadap bencana pangan.

Oleh karena itu, kami berharap calon presiden dapat fokus pada perbaikan sistem pertanian, peningkatan akses terhadap pangan berkualitas, dan pembentukan kebijakan yang mendukung gizi baik. Pelibatan seluruh stakeholder seperti petani, pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat perlu dilakukan agar tujuan ini dapat tercapai.

Kesimpulan

“Menjadi bangsa maju cukup pangan dan gizi baik,” menjadi inti pembangunan yang kita butuhkan saat ini. Masalah stunting dan rawan pangan masih menjadi krisis di Indonesia. Fokus pembangunan harus diberikan pada kelompok masyarakat yang paling miskin agar tidak ada yang tertinggal dalam pertumbuhan ekonomi dan sosial. Partai Pangan dan Gizi telah menyampaikan agenda pangan dan gizi baik kepada calon presiden, dengan tuntutan untuk pengembangan kebijakan yang berkelanjutan dan berkeadilan, peningkatan aksesibilitas makanan bergizi, dan peningkatan kualitas dan keamanan produk makanan. Sebagai media peduli terhadap isu pangan dan gizi baik, kami berharap calon presiden dapat mengambil tindakan konkret terkait dengan masalah ini, dengan perbaikan sistem pertanian, peningkatan akses terhadap pangan berkualitas, dan kebijakan yang mendukung gizi baik.