Dokter Mogok, Polisi Korsel Gerebek Kantor Asosiasi Medis

indotim.net (Jumat, 01 Maret 2024) – Kepolisian Korea Selatan (Korsel) melakukan penggerebekan di kantor Asosiasi Medis Korea pada Jumat (1/3) waktu setempat. Aksi ini dilakukan menyusul mogok massal para dokter yang menyebabkan kekacauan di berbagai rumah sakit lokal.

Berdasarkan laporan AFP, pada Jumat (1/3/2024), hampir 10.000 dokter muda — atau sekitar 80 persen dari staf trainee — telah berhenti dari pekerjaan mereka di berbagai rumah sakit di Korea Selatan sejak pekan lalu.

Para dokter di Korea Selatan melakukan mogok sebagai bentuk protes terhadap rencana pemerintah yang mengusulkan peningkatan drastis jumlah penerimaan mahasiswa kedokteran. Langkah ini diambil untuk mengatasi kekurangan tenaga medis sambil menghadapi populasi yang semakin menua.

Pemerintah Seoul telah menetapkan batas waktu 29 Februari bagi para dokter yang mogok massal itu untuk kembali bekerja, atau berpotensi menghadapi konsekuensi hukum, termasuk penangguhan izin medis dan bahkan penangkapan.

Menurut informasi yang diungkapkan oleh sumber terpercaya dari Kementerian Kesehatan Korsel, dari jumlah dokter yang berhak kembali bekerja di rumah sakit sesuai dengan tenggat waktu, hanya 565 dokter yang telah melaksanakan kewajibannya.

Aksi mogok massal oleh dokter telah menimbulkan dampak serius bagi rumah sakit di Korea Selatan. Kejadian ini memaksa pemerintah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kesehatan masyarakat hingga ke tingkat tertinggi.

Menurut Kementerian Kesehatan Korsel, sekitar separuh dari operasi yang dijadwalkan di 15 rumah sakit besar di negara itu terpaksa dibatalkan sejak pekan lalu.

Situasi ini telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan publik terhadap pelayanan kesehatan di Korea Selatan. Banyak pasien yang sudah lama menunggu untuk menjalani operasi kini harus kembali menunda tanpa batas waktu yang pasti.

READ  Inflasi Korea Selatan Meningkat, Penyebabnya Terkuak!

Aturan hukum di Korsel melarang para dokter untuk melakukan mogok kerja secara kolektif.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Pada awal pekan, pemerintah Seoul meminta kepolisian untuk menyelidiki para pelaku mogok massal tersebut. Kepolisian Seoul telah mengonfirmasi bahwa mereka melakukan penggerebekan terhadap kantor Asosiasi Medis Korea (KMA) pada Jumat (1/3) waktu setempat.

Kementerian Kesehatan Korea Selatan (Korsel) juga mencantumkan perintah agar 13 dokter trainee kembali bekerja di situs resminya. Mereka telah disebutkan nama serta nomor izin tanpa disensor.

“Kami ingin memberi tahu Anda bahwa menolak mematuhi perintah untuk kembali bekerja tanpa alasan yang bisa dibenarkan, dapat mengakibatkan tindakan disipliner dan tuntutan pidana,” demikian bunyi perintah tersebut.

Sebelumnya, Dr. Kim, ketua serikat dokter yang memimpin mogok tersebut, mengaku bahwa para dokter melakukan aksi mogok untuk menyoroti masalah kondisi kerja yang mereka hadapi. Dukungan dari masyarakat terus mengalir, namun pemerintah tetap bersikukuh untuk menegakkan aturan.

Sebelumnya, aksi mogok massal tersebut dipicu oleh ketidaksetujuan para dokter trainee atas rencana pemerintah terkait perubahan sistem jadwal shift dan peningkatan jumlah pasien yang akan mereka tangani.

“Kami mengucapkan terima kasih atas keputusan bijak dari para dokter trainee yang telah kembali ke sisi para pasien,” ucap Menteri Kesehatan Korsel Cho Kyoo Hong dalam pernyataan terpisah.

Pemerintah Korea Selatan berupaya untuk menerima 2.000 mahasiswa kedokteran tambahan setiap tahunnya, mulai tahun depan, untuk mengatasi apa yang disebut sebagai salah satu rasio dokter-per-populasi terendah di antara negara-negara maju.

Para dokter di Korea Selatan menunjukkan solidaritas dengan aksi mogok massal untuk menolak kebijakan pemerintah yang kontroversial. Mereka berpendapat bahwa rencana tersebut dapat berdampak negatif terhadap kualitas pelayanan dan pendidikan kedokteran di negara itu.

READ  Kim Jong Un Sebut Korsel Musuh Terganas dan Ancam Perang!

Namun, para pendukung rencana pemerintah mempertimbangkan bahwa kekhawatiran para dokter lebih terfokus pada potensi pengurangan gaji dan status sosial mereka akibat rencana tersebut. Data dari jajak pendapat di Korsel menunjukkan bahwa 75 persen masyarakat mendukung langkah yang diusulkan pemerintah.

Kesimpulan

Dokter mogok di Korea Selatan sebagai bentuk protes terhadap rencana pemerintah pengurangan jumlah penerimaan mahasiswa kedokteran, menyebabkan kekacauan di rumah sakit. Kepolisian Korsel telah melakukan penggerebekan terhadap kantor Asosiasi Medis Korea, sementara pemerintah menegaskan konsekuensi hukum bagi para dokter yang tidak kembali bekerja. Kondisi ini telah mengakibatkan pembatalan operasi dan kekhawatiran publik terhadap pelayanan kesehatan. Meski terdapat solidaritas dokter, masyarakat dukung rencana pemerintah.