China Protes AS setelah Ucapan Selamat kepada Presiden Baru Taiwan

indotim.net (Minggu, 14 Januari 2024) – China mengungkapkan rasa kekecewaannya setelah Amerika Serikat memberikan ucapan selamat kepada Presiden baru Taiwan, Lai Ching-Te. China menekankan kepada AS untuk menghentikan interaksi resmi dengan Taiwan.

Lai Ching-Te resmi menjadi Presiden baru Taiwan setelah memenangkan pemilihan umum yang digelar pada Sabtu (13/1/2024). Berdasarkan laporan AFP, Lai yang dianggap oleh Beijing sebagai ancaman terhadap perdamaian di kawasan tersebut, berhasil meraih jabatan ketiga berturut-turut yang sebelumnya belum pernah terjadi dalam sejarah Partai Progresif Demokratik (DPP) dalam Pemilu Sabtu lalu. Sebelumnya, Lai Ching-Te menjabat sebagai Wakil Presiden Taiwan.

China mengklaim Taiwan yang berstatus demokratis, terpisah dari daratan oleh Selat Taiwan yang memiliki panjang sekitar 180 kilometer (110 mil), sebagai wilayahnya sendiri dan menolak untuk mengecualikan penggunaan kekerasan untuk mencapai ‘unifikasi’ dengan Taiwan, bahkan jika kemungkinan konflik tidak terjadi.

Protes dari pemerintah China terhadap Amerika Serikat (AS) terus berlanjut. Kali ini, protes tersebut dipicu oleh ucapan selamat yang diberikan oleh AS kepada Presiden baru Taiwan, Lai Ching-te. Beijing, yang sebelum pemungutan suara menyebut Lai sebagai ‘bahaya besar’ dan mendesak para pemilih untuk menghindarinya, mengatakan pada hari Sabtu bahwa hasil tersebut tidak akan menghentikan ‘tren reunifikasi Tiongkok yang tidak dapat dihindari’.

Dalam pidato kemenangannya, Lai menyatakan tekadnya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Ia juga berjanji untuk mempertahankan wilayahnya dari ancaman agresi dari Tiongkok.

“Kami bertekad untuk menjaga Taiwan dari ancaman dan intimidasi yang terus berlanjut dari China,” kata Presiden Taiwan kepada para pendukungnya.

Dalam penghitungan suara dari seluruh TPS, Komisi Pemilihan Umum Pusat menyatakan bahwa Lai berhasil memperoleh 40,1 persen suara, melebihi Hou Yu-ih dari oposisi Kuomintang (KMT) yang hanya meraih 33,5 persen.

READ  Penemuan Dinosaurus "Berlapis Baja" yang Memukau dari China

Pemilu ini diamati dengan cermat oleh Beijing dan Washington, mitra militer utama Taiwan, dalam persaingan mereka untuk mempengaruhi wilayah yang strategis ini.

Lai mengucapkan terima kasih kepada rakyat Taiwan karena telah “membuka babak baru dalam demokrasi kita” dengan menentang ancaman dan peringatan dari Tiongkok yang merupakan negara satu partai.

“Kami ingin menyampaikan kepada seluruh dunia bahwa kami mendukung demokrasi daripada otoritarianisme,” katanya. Dia juga menambahkan bahwa dia berusaha untuk menjalin hubungan dengan Tiongkok.

Biden Mengucapkan Selamat

Presiden AS, Joe Biden, mengucapkan selamat atas terpilihnya Lai Ching-te sebagai Presiden baru Taiwan. Namun, AS telah menyatakan bahwa mereka tidak mendukung kemerdekaan Taiwan.

Dilaporkan oleh AFP, Joe Biden memberikan tanggapan atas pertanyaan wartawan mengenai posisi Washington terkait Taiwan. Dalam konteks ini, Lai mendukung kemerdekaan Taiwan dan telah menyatakan dirinya sebagai pembela gaya hidup demokratis di pulau tersebut. Biden dengan tegas menyatakan bahwa pihaknya tidak mendukung kemerdekaan Taiwan.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengatakan bahwa pihaknya tidak mendukung kemerdekaan Taiwan. Pernyataan tersebut menjadi tanggapan atas protes China terkait ucapan selamat yang diberikan oleh AS kepada Presiden baru Taiwan.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, memberikan penghormatan kepada Lai atas kemenangannya dalam pemungutan suara pada hari Sabtu. Blinken memuji ‘sistem demokrasi dan proses pemilihan yang kuat’ di negara yang memiliki pemerintahan mandiri tersebut.

Menurut Blinken, pihak Amerika Serikat telah secara resmi menyampaikan selamat kepada Presiden baru Taiwan. Hal ini langsung mendapatkan protes dari China yang menganggap Taiwan sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah mereka.

READ  Peringatan Darurat: Badai Beliung Melanda Bandung-Sumedang, Warga Diimbau Waspada!

Blinken menambahkan bahwa Washington bertekad untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, serta mengupayakan penyelesaian perbedaan dengan cara damai, tanpa paksaan dan tekanan.

Pernyataan ucapan selamat dari Amerika Serikat kepada Presiden baru Taiwan, Lai – yang dianggap sebagai ancaman perdamaian oleh China – telah memicu protes dari pemerintah China. Lai telah berjanji untuk melindungi Taiwan dari “intimidasi” China.

Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka berencana mengirim delegasi tidak resmi ke Taiwan setelah pemungutan suara dan mengingatkan China untuk tidak melakukan provokasi militer.

Beijing memberikan tanggapan yang tegas terhadap kunjungan resmi antara Taiwan dan Amerika Serikat. Selain itu, Beijing juga menyerukan agar Washington menahan diri untuk tidak campur tangan dalam pemilihan umum di Taiwan.

China telah menyampaikan protes terhadap Amerika Serikat (AS) setelah AS memberikan ucapan selamat kepada Presiden baru Taiwan. Hal ini menjadi buntut dari ketegangan hubungan antara China dan Taiwan yang telah berlangsung lama.

China Menyatakan Protes

China merasa menyesalkan atas pernyataan yang disampaikan oleh Amerika Serikat terkait hasil pemilihan di Taiwan. Protes yang dilakukan oleh China ini berkaitan dengan ucapan selamat yang diberikan oleh AS kepada Lai Ching-te yang baru saja terpilih menjadi Presiden Taiwan.

Dilansir dari AFP, China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan akan menggunakan kekerasan untuk merebut pulau tersebut di masa depan. Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan pernyataan AS “mengirimkan sinyal yang sangat salah kepada pasukan separatis ‘kemerdekaan Taiwan’.”

“Kami sangat menyesalkan dan dengan tegas menentang hal ini, dan telah menyampaikan pernyataan serius kepada pihak AS,” kata juru bicara tersebut.

READ  Partai Berkarya Resmi Deklarasi Dukung Pasangan Prabowo-Gibran dalam Pilpres

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa pernyataan Washington ‘sangat melanggar prinsip satu Tiongkok’ serta janjinya untuk hanya menjaga hubungan tidak resmi dengan Taiwan.

“Kami mendesak AS untuk menghentikan interaksi resminya dengan Taiwan dan berhenti mengirimkan sinyal yang salah kepada kekuatan separatis untuk ‘kemerdekaan Taiwan’,” kata juru bicara tersebut.