indotim.net (Jumat, 08 Maret 2024) – Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kehadiran pemain baru dari Australia, yaitu Nickel Industries, dalam industri hilirisasi nikel di Morowali Sulawesi Tengah. Perusahaan tersebut telah berkomitmen untuk menginvestasikan dana sebesar US$ 1,76 miliar atau sekitar Rp 27 triliun (dengan kurs Rp 15.400/US$).
Nickel Industries akan merintis proyek excelsior nickel cobalt (ENC) high pressure acid leach (HPAL) di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Proses konstruksi yang telah dimulai sejak Oktober 2023 ini dijadwalkan akan memulai produksi pada paruh pertama tahun 2025.
“Nickel Industries telah menggelontorkan investasi sebesar US$ 1,76 miliar di Morowali dan direncanakan akan memulai produksi pada awal 2025, serta akan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.500 orang,” ungkap Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, pada Jumat (8/3/2024).
Airlangga menyampaikan bahwa investasi perusahaan Australia dalam proyek hilirisasi nikel menjadi sangat signifikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan investasi tersebut akan membantu dalam mendiversifikasi perusahaan asing di Morowali yang sebelumnya didominasi oleh perusahaan China.
“Bukan hanya investor dari China yang berinvestasi di sektor nikel, tetapi juga ada investor dari Australia yang turut serta,” ungkapnya.
“Pada tahun 2025, pabrik pengolahan nikel (HPAL) di Morowali akan mulai beroperasi di bawah kendali Nickel Industries, perusahaan yang terdaftar di Australia dan merupakan salah satu pemegang saham terbesar,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Airlangga Hartarto.
Pemerintah mengklaim proyek perusahaan asal Australia itu akan menjadi yang pertama secara global dalam memproduksi tiga produk nikel kelas satu untuk pasar kendaraan listrik dan baterainya yaitu mixed hydroxide precipitate (MHP), nickel sulphate, dan nickel cathode.
Kesimpulan
Perusahaan Australia, Nickel Industries, telah menginvestasikan dana sebesar Rp 27 triliun untuk pengembangan pabrik nikel di Morowali Sulawesi Tengah. Proyek ini, yang melibatkan produksi nickel cobalt untuk pasar kendaraan listrik, dijadwalkan akan memulai operasinya pada paruh pertama tahun 2025 dan diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.500 orang. Investasi ini juga diharapkan akan membantu dalam mendiversifikasi industri nikel di Morowali yang sebelumnya didominasi oleh perusahaan China, menunjukkan kontribusi positif dari investor asing dalam industri hilirisasi di Indonesia.