Hak Angket: PDIP VS Petugas Partai

indotim.net (Selasa, 27 Februari 2024) – Babak baru pascapilpres. PDIP lebih dulu melangkah menggagas hak angket. Sebelumnya lewat langkah skakmat oleh Jokowi dan akhirnya jagoan PDIP kalah. Sisi lain kekalahan capres usungan PDIP ini adalah terkuaknya sikap politik Jokowi. Jokowi tidak lagi bersama PDIP, tapi membangun kekuatan politik baru bersaing dengan PDIP.

Ending-nya adalah pasangan Prabowo-Gibran yang di-endorse Jokowi. Versi quick count pasangan Prabowo-Gibran memperoleh suara lebih 50 persen. Sementara pasangan Ganjar-Mahfud yang diusung PDIP memperoleh suara 16 persen lebih. Ternyata ini bukanlah badai dalam secangkir kopi semata, tapi badai yang sesungguhnya.

Apalagi ini dirasakan oleh partai yang dalam dua dasarwarsa terakhir ini berada di papan atas dan juga sedang menjadi partai penguasa, baik di legislatif maupun eksekutif. Ada dua kejutan dalam sesi pilpres ini. Pertama, sikap pisah jalan Jokowi. Kedua, pilpres selesai dalam satu putaran. Harapan bahwa Ganjar-Mahfud akan bertarung pada putaran kedua pupus sudah.

Ini bukanlah pengalaman pertama bagi PDIP kalah berkompetisi. Pada 2004 dan 2009, dua kali PDIP kalah berhadapan dengan SBY. Namun 2024 ini berbeda. Bukan kalah oleh kompetitor, tapi oleh petugas partai sendiri. Harus ada langkah untuk menegakkan marwah.

Terus menerus mempersoalkan peroleh suara hanya memperdalam lobang persoalan. Mempersoalkan peroleh suara akan membuat PDIP berhadap-hadapan dengan Prabowo dengan segala kekuatan politiknya, berhadapan dengan partai koalisi paslon 02. Selain itu, terus menerus mempersoalkan peroleh suara akan dianggap nyinyir oleh lebih 50 persen rakyat yang memilih paslon 02. Sangat tidak menguntungkan.

Kesimpulan

PDIP mengalami kekalahan dalam pilpres 2024 bukan karena kompetitor, tapi karena langkah politik internal yang mengejutkan. Dukungan Jokowi kepada pasangan Prabowo-Gibran menambah kompleksitas persaingan politik, sementara harus dihadapi dengan kekuatan politik Prabowo dan partai koalisi. Memprioritaskan tegaknya marwah partai daripada terus memperdebatkan hasil perolehan suara dianggap lebih penting untuk menjaga kedudukan dan kesatuan internal partai.

READ  Pakar: Solusi Terbaik untuk Memeriksa Dugaan Kecurangan Pemilu