Jejak-jalan Ceruk Industri Streaming

indotim.net (Kamis, 07 Maret 2024) – Transformasi digital dalam bidang penyiaran dan penetrasi yang semakin tinggi dari pengguna smartphone di Indonesia memberikan peluang yang besar bagi pertumbuhan industri layanan streaming video. Di tengah persaingan dari perusahaan-perusahaan raksasa di platform global, pelaku lokal berusaha keras untuk tetap relevan dan bersaing di dalam negeri.

Nilai pasar industri video online di Indonesia mencapai US$ 1,3 miliar, dengan kategori SVOD (Subscription Video on Demand) memiliki pangsa pasar sekitar US$ 500 juta saat ini. Vivek Couto, Executive Director dan Co-Founder Media Partners Asia, menyebut fenomena ini sebagai

Ceruk Besar

Bisnis layanan streaming video di Indonesia terus mengalami pertumbuhan pesat. Beragam platform bersaing dengan menyajikan konten-konten menarik dan fitur-fitur unggulan demi menarik minat pengguna perangkat gawai.

Sebut saja Youtube, Instagram, dan Tiktok yang berasal dari kategori media sosial. Kepopuleran ketiga platform streaming video tersebut turut mendorong meningkatnya penggunaan smartphone di Indonesia.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini penetrasi pengguna smartphone di Indonesia pada tahun 2023 telah mencapai angka 92,5%. Tidak hanya itu, jumlah pengguna internet di Indonesia menurut laporan We Are Social juga telah mencapai rekor 213 juta orang.

Angka ini menunjukkan ceruk besar yang masih sangat menjanjikan untuk dieksplorasi. Selain itu, langkah pemerintah dalam melakukan migrasi dari penyiaran analog ke penyiaran digital untuk semua siaran televisi juga turut memberikan peluang bisnis streaming video berbayar untuk berkembang lebih luas.

Statista mencatat, proyeksi pendapatan di pasar subscription video on demand (SVOD) alias video berbayar untuk seluruh dunia mencapai US$ 108,50 miliar pada tahun 2024. Sedangkan di Asia, proyeksi pendapatan pasar SVOD mencapai US$ 32,64 miliar.

READ  Digugat Hukum JakPro, Warga Dipaksa Ngamuk di Kampung Bayam: Ruang Hidup Kami Terancam

Sejumlah nama besar raksasa global pun hadir di Indonesia untuk meramaikan persaingan memperebutkan ceruk besar layanan SVOD tersebut. Sebut saja Netflix, Disney+, hingga Prime Video yang datang dengan kas besarnya.

Namun, kehadiran para raksasa global tersebut tidak membuat pemain lokal kehilangan semangat untuk ikut bersaing. Vidio, sebagai salah satu pelopor layanan SVOD lokal, terus menunjukkan performa yang gemilang dengan berhasil menarik lebih dari 4 juta pelanggan berbayar dalam satu dekade perjalanannya.

Laporan Media Partners Asia (MPA) mencatat bahwa saat ini Vidio mendominasi pasar platform OTT untuk layanan langganan berbayar (SVOD) di Indonesia, baik dari jumlah pelanggan, unduhan, pengeluaran konsumen, maupun pengguna aktif bulanan. Vivek Couto, Direktur Eksekutif dan Co-Founder Media Partners Asia, menyambut baik capaian ini dan melihatnya sebagai peluang bagi Vidio untuk merambah pasar yang lebih luas.

“Nilai pasar sektor video online di Indonesia mencapai US$ 1,3 miliar. Terutama untuk kategori SVOD, pasarannya sekitar US$ 500 juta saat ini. Secara potensial, Indonesia memiliki pangsa pasar yang signifikan,” ujar Vivek saat berbicara dalam acara pertemuan media di SCTV Tower pada hari Selasa (5/3/2023).

Executive Director dan Co-Founder Media Partners Asia, Vivek Couto. Foto: Eduardo Simorangkir

MPA juga mencatat pertumbuhan bisnis SVOD di Indonesia saat ini merupakan yang tertinggi di Asia. Dalam lima tahun terakhir, pendapatan bisnis streaming video berbayar di Indonesia meningkat 72%; unggul 8% dan 13% dari Korea Selatan dan Thailand yang menyusul di bawahnya.

Namun demikian, dari sisi pendapatan, bisnis layanan streaming video berbayar di Indonesia masih terbilang kecil. Korea Selatan yang menempati peringkat kedua memiliki pendapatan sebesar US$ 1,5 miliar, sedangkan di Indonesia hanya sekitar US$ 366 juta. Hal ini menunjukkan potensi yang besar namun juga tantangan yang harus dihadapi oleh para penyedia layanan OTT untuk terus berinovasi.

READ  HNW Dorong MK untuk Koreksi Ambang Batas Kepresidenan

“Vidio, dengan pangsa pemirsa sebesar 21% dan pangsa pendapatan VOD premium sebesar 17%, berada pada posisi strategis untuk ekspansi di masa depan, dengan memanfaatkan series lokal dan konten olahraga utama,” lanjut Vivek.

Ini salah satu idealisme kita untuk menyumbang industri kreatif Indonesia lebih bagus lagi, CEO PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), Sutanto Hartono.

Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Setali tiga uang dengan besarnya potensi industri streaming video berbayar di Indonesia, tantangan untuk menggarapnya juga tak kalah besar. Setidaknya ada empat tantangan yang saat ini dilihat oleh para pemain lokal, di antaranya kompetisi dengan para pemain global, budaya berlangganan dengan bayar yang masih cukup rendah, tingginya pembajakan, hingga sulitnya mengerek pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU/average revenue per unit).

Saat ini, Vidio sebagai platform OTT dengan jumlah pelanggan terbanyak di Indonesia mengaku berhasil mengatasi tantangan tersebut, salah satunya dengan mengedepankan konten lokal. Hal ini disampaikan oleh CEO PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), Sutanto Hartono.

Pria tersebut, yang juga menjabat sebagai CEO Vidio sejak 2019, menyatakan bahwa konten lokal menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan jumlah pelanggan yang lebih besar. Dia pun berharap Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam membangun industri streaming video berbayar.

Dengan peluang pasar yang sangat luas, diharapkan industri streaming video berbayar ini dapat semakin didukung oleh para kreator lokal yang berkualitas. Selama periode 2019 hingga 2023, Vidio telah berhasil memproduksi sebanyak 77 judul serial lokal.

Sebagai CEO Vidio, Sutanto menjelaskan, “Ini salah satu idealisme kita untuk menyumbang industri kreatif Indonesia lebih baik lagi.”

CEO PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), Sutanto Hartono. Foto: Eduardo Simorangkir

Vidio juga menawarkan beragam konten, mulai dari TV FTA terlengkap, serial lokal eksklusif, hingga siaran pertandingan olahraga premium yang menunjukkan kemampuan Vidio dalam memonetisasi hak siar.

READ  Bisnis Starbucks Tergelincir Akibat Boikot, PHK 2.000 Karyawan di Timur Tengah!

Salah satu keunggulan Vidio adalah kemampuannya untuk menyediakan berbagai jenis konten premium yang tidak mudah ditemukan di platform streaming lain.

Selain kualitas konten, keberhasilan layanan Vidio juga didukung oleh strategi kolaborasi melalui berbagai kemitraan untuk memperluas jangkauan konsumen, termasuk dalam hal kemudahan pembayaran. Tak hanya itu, pengembangan infrastruktur digital dan dukungan ekosistem yang dimiliki oleh EMTEK sebagai perusahaan Induk juga turut berperan dalam kesuksesan layanan ini.

Hasilnya, hingga saat ini Vidio berhasil mengumpulkan lebih dari 4 juta jumlah pelanggan, sekaligus menjadi layanan OTT pertama di Indonesia yang mencapai angka tersebut. Dari segi kinerja keuangan, Vidio mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 40,8% pada kuartal III-2023 secara year on year (yoy) dengan nilai Rp 762,9 juta.

“Tujuan Vidio adalah untuk terus menjadi platform OTT nomor 1 di Indonesia. Target kami semakin agresif baik dari pendapatan iklan maupun penambahan subscriber,” jelas Sutanto.