10 Universitas Top Dunia yang Didirikan oleh Wanita, Termasuk Oxford dan Cambridge

indotim.net (Jumat, 08 Maret 2024) – Peran dan kontribusi perempuan di berbagai bidang sungguh beragam, khususnya dalam bidang pendidikan, untuk membentuk generasi yang unggul dengan perempuan sebagai pemimpin di perguruan tinggi.

Berdasarkan analisis terbaru dari Peringkat Universitas Dunia Times Higher Education (THE) 2024, dari 200 universitas teratas, separuhnya dipimpin oleh perempuan. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya, menandai pertumbuhan yang signifikan dalam representasi perempuan di puncak lembaga pendidikan dunia.

10 Universitas Top di Dunia yang Dipegang oleh Perempuan

Berikut adalah sepuluh perguruan tinggi terbaik yang saat ini dikelola oleh para wanita:

1. Universitas Oxford – Irene Tracey

Irene Tracey menjabat sebagai wakil rektor Universitas Oxford pada tahun 2023. Dengan latar belakang akademis yang kuat dan penelitian yang berpengaruh, Tracey membawa pengalaman yang beragam dalam posisi kepemimpinannya di Universitas Oxford.

Melanjutkan pendidikannya, ia kemudian memperoleh gelar doktor dalam bidang biologi dari Universitas Cambridge. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat, ia menjadi profesor di Oxford dan telah memimpin berbagai penelitian penting dalam bidang biokimia.

READ  Hari Perempuan Internasional 8 Maret 2024: Inspirasi dari Tokoh Perempuan Teladan

Tracey masih aktif sebagai profesor ilmu saraf di Departemen Neurosains Klinis Nuffield.

2. Institut Teknologi Massachusetts (MIT) – Sally Kornbluth

Sally Kornbluth, seorang ahli biologi sel, menjabat sebagai presiden ke-18 MIT sejak Januari 2023, menjadi pemimpin kedua dalam sejarah institusi yang telah berdiri selama 162 tahun.

Dengan latar belakang akademis biologi sel, dan memperoleh gelar sarjana ilmu politik di Universitas of Cambridge, serta gelar phD di bidang onkologi molekuler di Rockefeller University.

3. Universitas Cambridge – Deborah Prentice

Deborah Prentice, dengan latar belakang akademiknya dalam psikologi, menjabat sebagai wakil rektor Universitas Cambridge sejak Juli 2023. Penelitiannya telah mengubah paradigma tentang norma-norma sosial manusia.

Gelar sarjananya didapatkan di Universitas Stanford di bidang biologi manusia dan musik, kemudian melanjutkan pascasarjana di bidang psikologi di Universitas Yale, lalu mengambil gelar PhD pada tahun 1989.

Karier awalnya dimulai sebagai asisten profesor di Universitas Princeton, sebelum akhirnya berhasil menjadi dekan fakultas.

4. University of California, Berkeley – Carol Christ

Carol Christ, seorang sarjana sastra terkenal, menjabat sebagai rektor perempuan pertama di University of California, Berkeley sejak Juli 2017. Sebelumnya, ia telah menjabat sebagai wakil rektor eksekutif dan provost Berkeley dari tahun 1994 hingga 2000.

Dia adalah sarjana sastra Victoria yang terkenal, dan pernah menjadi presiden lembaga seni liberal Smith College selama satu dekade.

Meskipun demikian, rektor tersebut berencana untuk pensiun dari jabatannya pada akhir tahun 2024 mendatang.

5. Universitas Columbia – Minouche Shafik

Minouche Shafik, seorang ekonom, diangkat sebagai presiden Universitas Columbia pada bulan Juli 2023. Beliau memiliki pengalaman luas dalam berbagai organisasi internasional dan pemerintahan, termasuk Bank Dunia dan Departemen Pembangunan Internasional serta Pemerintah.

READ  Dibentuknya IKAHI, Wadah Baru Hakim Perempuan Indonesia

Beliau telah diangkat sebagai Dame Commander of the Order of the British Empire pada tahun 2015, dan sebelumnya menjabat sebagai direktur London School of Economics and Political Science.

6. Universitas Cornell – Martha E Pollack

Martha E Pollack, menjabat sebagai presiden ke-14 Universitas Cornell sejak tahun 2017 setelah sebelumnya menjabat sebagai provost di University of Michigan.

Penelitiannya berfokus pada kecerdasan buatan dan ia telah meraih Goddard Power Award atas dedikasinya dalam meningkatkan representasi serta dukungan bagi perempuan dan minoritas yang kurang terwakili di bidang sains dan teknologi, ketika masih berada di University of Michigan.

7. Universitas Washington – Ana Mari Cauce

Ana Mari Cauce, seorang psikolog terkemuka, menjabat sebagai presiden permanen pertama di University of Washington.

Sebelumnya, beliau adalah anggota fakultas Universitas Washington sejak tahun 1986. Kemudian, beliau menjabat sebagai presiden sementara pada bulan Maret 2015, sebelum akhirnya dilantik sebagai presiden permanen pada bulan Oktober 2015.

Walaupun menjabat sebagai pemimpin perguruan tinggi, Cauce masih sangat terlibat di kelas dan terus aktif mengajar serta membimbing mahasiswa sarjana dan pascasarjana.

8. Universitas New York – Linda G Mills

Linda G. Mills, seorang yang meraih gelar phD dalam bidang kebijakan kesehatan dari Brandeis University, diangkat menjadi presiden ke-17 Universitas New York pada Juli 2023.

Beliau pertama kali bekerja di NYU pada tahun 1999 sebagai profesor di bidang pekerjaan sosial, kemudian mencoba berbagai posisi di Universitas tersebut.

9. Universität Heidelberg – Frauke Melchior

Frauke Melchior, seorang ilmuwan, menjabat sebagai rektor Universität Heidelberg sejak bulan Oktober 2023 dan akan tetap dalam jabatan tersebut selama enam tahun ke depan.

READ  Mantap! Kisah Sukses Perempuan Penerima Beasiswa LPDP Sejak 2013, Terus Bertambah!

Kisah inspiratif seorang perempuan yang pernah belajar kimia di Universitas Marburg dan Universitas Bristol, serta bekerja sebagai peneliti pascadoktoral di berbagai institusi bergengsi seperti Max Planck Institute for Biophysical Chemistry di Göttingen dan Scripps Research Institute di La Jolla, California.

Kemudian, ia bergabung dengan Fakultas Biosains di Universität Heidelberg untuk melanjutkan penelitiannya sebagai profesor biologi molekuler di ZMBH pada tahun 2008.

Pada bulan April 2021, beliau bergabung dengan Forschungszentrum Jülich, yang merupakan salah satu pusat penelitian di Asosiasi Helmholtz, dalam posisi anggota dewan direksi.

10. Institut Karolinska – Annika Östman Wernerson

Annika Östman Wernerson bergabung di Institut Karolinska pada tahun 1991. Dia menyelesaikan pendidikan kedokteran dengan fokus penelitian pada penyakit ginjal kronis.

Wenerson sudah banyak menerbitkan makalah penelitiannya dalam jurnal medis, ia juga mengajar pada berbagai program di Karolinska Institute. Selain itu, ia juga bekerja di Universitas sebagai dokter.

Melalui kerja keras dan dedikasi yang tinggi, Wenerson berhasil mencapai prestasi gemilang dalam dunia akademisnya. Semangatnya dalam menggali ilmu pengetahuan telah menginspirasi banyak mahasiswa dan rekan sejawatnya.

Dengan kepemimpinan yang kuat dan kontribusi yang berharga, para wanita ini tidak hanya memimpin perguruan tinggi terbaik di dunia, tetapi juga memberikan inspirasi bagi generasi mendatang.