indotim.net (Rabu, 10 Januari 2024) – Ciri makhluk hidup adalah dapat beradaptasi atau mampu bertahan hidup dengan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kemampuan ini tidak terkecuali bagi tanaman yang hidup di lingkungan keras seperti gurun.
Semak gurun membuktikan kemampuan yang luar biasa ini. Salah satu contohnya adalah Athel Tamarisk (Tamarix aphylla), yang menunjukkan adaptasi yang mengagumkan terhadap lingkungan yang asin dan minim air.
Dr. Panče Naumov, seorang ilmuwan dari New York University Abu Dhabi, menemukan bahwa semak gurun hijau ini telah beradaptasi dengan menyerap kelembaban dari udara melalui daun. Mekanisme ini melibatkan pengeluaran kristal garam dari daun. Cara ini membantu tanaman menghasilkan air sendiri.
“Tanaman tidak hanya membutuhkan air, tetapi juga dapat memperoleh air,” ungkap Naumov, dikutip dari laman New Scientist.
Para peneliti telah menemukan bahwa beberapa tanaman di gurun memiliki kemampuan unik untuk mencari dan memperoleh sumber air sendiri. Ini adalah adaptasi yang luar biasa yang membantu tanaman bertahan hidup di lingkungan yang keras dan kering.
Salah satu cara di mana tanaman gurun mengumpulkan air adalah melalui proses yang disebut “penyerapan air dari cetakan embun”. Ketika malam hari, suhu di gurun seringkali turun sangat rendah, dan embun terbentuk di atas permukaan tanaman. Tanaman kemudian menggunakan struktur khusus yang disebut trichomes untuk menyerap dan mengumpulkan air dari embun.
Selain itu, beberapa tanaman juga memiliki sistem akar yang sangat panjang. Hal ini memungkinkan mereka untuk menjangkau sumber air yang lebih dalam di bawah permukaan tanah. Beberapa tanaman gurun bahkan mampu mengambil air dari air tanah yang terletak ribuan kaki di bawah permukaan gurun.
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa beberapa tanaman gurun dapat memanfaatkan air dari sumber yang tidak biasa, seperti air limbah atau air laut. Mereka memiliki mekanisme khusus di dalam tubuh mereka yang memungkinkan mereka untuk menghilangkan garam dan zat-zat beracun dari air sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan mereka.
Keberhasilan tanaman gurun dalam mencari sumber air sendiri adalah contoh nyata dari adaptasi yang luar biasa dalam menghadapi kondisi lingkungan yang sulit. Penemuan ini dapat memberikan wawasan penting bagi dunia pertanian dan pengelolaan sumber daya air di daerah yang kering.
Tanaman Membentuk Kristal untuk Menyerap Air
Tanaman Athel Tamarisk mampu bertahan hidup di lingkungan yang sangat asin. Tumbuhan ini memiliki kemampuan untuk menyerap air garam dari tanah melalui akar dan mengeluarkannya ke daun.
Kemampuan ini menarik rasa penasaran Naumov dan rekannya. Mereka kemudian melakukan pengamatan lebih lanjut untuk memahami bagaimana tanaman tersebut dapat menghasilkan air untuk digunakan sendiri.
Pada awalnya, mereka berpikir bahwa tetesan air tersebut mungkin digunakan oleh tanaman untuk menyiram akarnya. Namun, observasi teliti dengan bantuan video menunjukkan bahwa air yang dikeluarkan sebenarnya tidak jatuh atau menetes ke bawah, seperti yang mereka duga.
Di tengah kondisi yang keras dan minim air, semak gurun berhasil mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara yang menakjubkan. Mereka mampu beradaptasi dan mencari sumber air sendiri, meski hanya dalam jumlah yang sedikit.
Sebaliknya, air yang ada dalam semak gurun tidak langsung berubah menjadi daun tanaman yang segar. Air tersebut mengalami proses transformasi menjadi kristal garam yang menempel di permukaan daun tanaman semak gurun. Fenomena ini merupakan bentuk penyesuaian yang unik dari semak gurun dalam mencari air.
“Tetesannya sebenarnya tidak jatuh sama sekali. Mereka menempel di permukaan,” kata Naumov.
Komposisi Kristal Garam
Seorang peneliti kemudian mencoba membuat model daun yang dilapisi lilin yang diekstraksi dari tanaman itu sendiri. Dengan menggunakan model tersebut, mereka mengukur seberapa kuat air menempel pada daun. Hasilnya, mereka menemukan bahwa Semak Gurun memiliki daya rekat hampir dua kali lebih kuat pada air daripada panci masak Teflon.
Mereka juga menambahkan air berwarna ke daun yang dilapisi garam. Keduanya lalu mengamati bagaimana air tersebut diserap oleh tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah proses penghilangan air garam, kristal garam yang terbentuk di daun semak mengandung beragam senyawa garam dalam jumlah yang signifikan.
Para peneliti menemukan bahwa kristal garam terdiri dari sepuluh mineral yang berbeda-beda. Di antara mineral-mineral tersebut terdapat natrium klorida, gipsum, dan litium sulfat. Kombinasi mineral ini memiliki kemampuan untuk menyerap kelembaban dari udara, bahkan pada tingkat kelembaban sekitar 55 persen. Hal ini dikutip dari laman Smithsonian Magazine.
Dugaan Dua Mekanisme Memperoleh Air
Selain itu, Dr Naumov menyatakan bahwa kemungkinan tanaman ini memiliki dua metode untuk mendapatkan air. Pertama, mengambil air dari tanah melalui akarnya saat hari panas dan kering. Kedua, menggunakan garam yang dikeluarkannya untuk menyerap air melalui daun saat malam yang lebih lembab.
Ilmuwan lain, Maheshi Dassanayake dari Louisiana State University, merasa ini masuk akal. Namun, ia ragu dengan bukti bahwa tanaman benar-benar menggunakan air yang diserap oleh garam di daunnya.
“Saya kehilangan dasar mekanistik bagaimana ‘pabrik’ menggunakan energi untuk mendapatkan air,” pungkasnya.