indotim.net (Selasa, 14 November 2023) – Desa yang dipenuhi boneka di Jepang ini memiliki nuansa yang sangat seram. Boneka-boneka itu digunakan untuk menggantikan orang yang sudah mati.
Boneka-boneka tersebut bukanlah boneka mainan biasa. Tetapi, mereka merepresentasikan penduduk desa yang sudah meninggal dunia. Selain boneka, penduduk yang telah meninggal juga digantikan dengan oran-orang sawah.
Menurut Daily Star pada Sabtu (21/10/2023), desa ini bernama Nagoro dan terletak di Lembah Iya, Pulau Shikoku, Prefektur Tokushima, Jepang. Menurut TravelLocal, desa ini juga diklaim sebagai salah satu destinasi paling angker yang bisa dikunjungi saat Halloween.
“Apakah Anda penggemar horor atau tidak, destinasi-destinasi ini memiliki cerita dan legenda yang sangat menarik di baliknya, yang pasti patut untuk dijelajahi jika Anda berkunjung ke negara ini,” ujar co-Founder Travel Local, Huw Owen.
horor atau tidak, destinasi-destinasi ini memiliki cerita dan legenda yang sangat menarik di baliknya, yang pasti patut untuk dijelajahi jika Anda berkunjung ke negara ini,” ujar co-Founder Travel Local, Huw Owen.
“Apa yang kita anggap sebagai roh ‘jahat’ juga ditafsirkan dengan sangat berbeda di seluruh dunia dalam budaya yang berbeda. Meskipun begitu, ada banyak aktivitas ‘menakutkan’ yang kurang dikenal yang bisa Anda lakukan sepanjang tahun,” tambahnya.
Kini, Desa Nagaro memiliki penampilan seolah-olah memiliki penduduk yang padat, padahal sebenarnya yang ada adalah boneka-boneka yang ditempatkan di setiap sudut desa. Boneka-boneka ini ‘bekerja’ di ladang, ‘duduk’ di meja sekolah, atau ‘berjalan-jalan’ di toko. Boneka-boneka ini juga berkumpul di halte bus atau duduk di beranda depan rumah. Beberapa boneka bahkan menari bersama dalam sebuah pesta, sementara para pekerja mengenakan topi dan beristirahat di luar rumah.
Kisah Seram Okiku: Boneka Jepang dengan Rambut Seperti Manusia yang Mencengangkan!
Kisah Seram Okiku: Boneka Jepang dengan Rambut Seperti Manusia yang Mencengangkan!
Desa Nagaro memiliki 350 model boneka berukuran manusia asli. Jumlah tersebut 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah penduduk sebenarnya yang tinggal di desa ini, yaitu sekitar 30 orang, berdasarkan data pada tahun 2019. Wisata Jepang
Tsukimi Ayano, pembuat boneka ini, akhirnya memutuskan untuk mengisi kekosongan tersebut dengan boneka-boneka. Meskipun begitu, desain awal boneka-boneka ini sama sekali tidak menakutkan.
Dibuat untuk Mengatasi Kesepian Warga Desa
Boneka-boneka ini dikenal sebagai ‘Kakashi’ atau orang-orangan sawah dalam bahasa Jepang. Namun, Kakashi yang dimaksud di sini berbeda dengan orang-orangan sawah pada umumnya yang berfungsi untuk mengusir burung. Kakashi ini hadir untuk membantu mengatasi kesepian.
Sang pembuat boneka Tsukimi lahir di Nagoro, kemudian sempat merantau, dan akhirnya kembali pada tahun 2002 ke desa ini. Setelah pulang kampung, ia menemukan bahwa sebagian besar penduduk telah pergi untuk bekerja di kota dan jumlah penduduk terus berkurang karena penduduk yang lebih tua meninggal dunia. Oleh karena itu, ia mengisi kembali desa ini dengan boneka-boneka buatannya.
Setiap musim gugur, desa ini mengadakan Festival Orang-orangan Sawah yang lengkap dengan kompetisi foto. Pemenangnya akan mendapatkan orang-orangan sawah. Selain itu, juga diadakan lokakarya pembuatan orang-orangan sawah.
Meskipun demikian, desa ini tidak pernah bermaksud menjadi daya tarik wisata. Namun, kini justru banyak turis internasional yang datang ke desa terpencil ini setiap tahunnya.
Desa ini juga pernah muncul di berbagai program televisi, termasuk film dokumenter Valley of the Dolls pada tahun 2014, serta tampil dalam sebuah episode serial perjalanan James May, Our Man in Japan. Arti Bunga Krisan:
Kesimpulan
Desa Nagoro di Jepang menjadi terkenal karena keberadaan boneka-boneka yang menggantikan orang mati. Boneka-boneka ini bukanlah boneka mainan biasa, tetapi merepresentasikan penduduk desa yang telah meninggal. Desa ini awalnya menghadapi kesepian dan penurunan penduduk, namun sang pembuat boneka, Tsukimi Ayano, mengisi desa dengan boneka-boneka ciptaannya. Sekarang desa ini menjadi destinasi wisata yang menarik minat turis internasional. Meskipun terkesan seram, keberadaan boneka-boneka ini adalah upaya untuk mengatasi kesepian dan menghidupkan lagi desa yang terpencil.